Masjid Agung Dr. Wahidin Soedirohoesoedo (Sudirohusodo) terletak di Jln. Parasamya, Kelurahan Tridadi, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Masjid Agung Dr. Wahidin Sudirohusodo juga menjadi Masjid Agung untuk Kabupaten Sleman, lokasinya berdiri terletak di dekat komplek perkantoran Pemerintah Daerah, Kabupaten Sleman.
Sejarah Berdirinya Masjid Agung Dr. Wahidin Soedirohoesoedo – Sleman Yogyakarta
Masjid Agung Dr. Wahidin Sudirohusodo pertama kali dibangun pada tanggal 20 Mei 1986, menghabiskan dana sekitar Rp. 1,1 miliar. Pembangunannya memerlukan waktu hingga 4 tahun, selesai dan diresmikan pada tanggal 25 Juni 1990 oleh Drs. Samirin, Bupati Sleman pada kala itu. Setelah peresmian, masjid tersebut belum digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan sholat jum’at, namun baru dimulai pada tanggal 19 April 1991, sholat jum’at baru mulai dilaksanakan di masjid tersebut.
Aktifitas Masjid Agung Dr. Wahidin Soedirohoesoedo – Sleman Yogyakarta
Berbagai maca kegiatan untuk memakmurkan Masjid Agung Dr. Wahidin Soedirohoesoedo selain difungsikan sebagai tempat pelaksanaan ibadah fardhu dan sholat jum’at serta perayaan 2 Hari Raya, juga difungsikan sebagai pusat kegiatan islami lainnya seperti : pengajian ibu-ibu dan anak-anak yang dilakukan secara rutin setiap minggu. Lalu, ada juga kegiatan amal khusus bulan Ramadhan, mengingat pada saat bulan Ramadhan pahala yang didapatkan dari kebaikan akan dilipatgandakan.
Beberapa upaya untuk memakmurkan Masjid Agung Dr. Wahidin Soedirohoesoedo juga turut dilakukan, seperti beberapa kegiatan Manasik Haji, Pembinaan PNS Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, dan beberapa kegiatan Pengajian Remaja juga turut dilaksanakan. Bahkan beberapa kegiatan kursus untuk pembinaan ekonomi umat juga turut diadakan dengan narasumber yang berpengalaman dari berbagai daerah. Beberapa kegiatan tersebut sengaja dilakukan untuk memaksimalkan fungsi masjid, bukan hanya sekedar untuk fungsi tempat peribadatan saja, namun untuk beberapa kegiatan lain yang mungkin dapat meningkatkan ekonomi, moral, sosial, serta kesejahteraan umat.
Arsitektural Masjid Agung Dr. Wahidin Soedirohoesoedo
Masjid ini memang belum tergolong berumur sangat tua, namun arsitektural bangunan yang digunakan merupakan arsitektur lama milik Kesultanan Ngayogyakarta. Hal ini bisa dilihat dari keseluruhan bangunannya yang dibentuk menyerupai rumah joglo dengan atap bersusun tanpa kubah, hanya berupa sebuah limasan dengan puncak yang lancip.
Jika dilihat sekilas pastinya kita sudah mengatahui bahwa beberapa bangunannya sudah mulai termakan waktu, seperti tembok pembatas areal yang sudah dipenuhi dengan lumut. Jika kita hitung dari tahun dibangun yaitu tahun 1986 hingga saat ini (2017), maka masjid ini sudah berumur sekitar 31 tahun-an. Maka tidak heran jika beberapa bangunannya juga sudah mulai termakan waktu, terutama pada bagian yang terbuat dari kayu.
Pada bagian penyangga atap dibangun beberapa pilar dari beton, yang ditujukan agar bangunan masjidnya menjadi sangat awet. Namun, dibagian plafon atap depan dan atap bagian dalam hanya terbuat dari kayu teriplek, yang sangat rentan dengan kerusakan.
Masjid Agung Paripurna Nasional
Tepatnya 2 tahun lalu (tahun 2015), Masjid Agung Dr. Wahidin Soedirohoesodo mendapatkan penghargaan sebagai Masjid Agung Terbaik di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, serta menjadi salah satu finasil Masjid Percontohan Nasional. Meskipun pada tingkat Nasional masjid ini hanya mendapatkan penghargaan sebagai Masjid Paripurna Nasional ke-3, mengikuti Masjid Agung Jawa Timur diperingkat ke-2, dan Masjid Agung Riau di peringkat pertama.
Penilain yang dilakukan bukan hanya terletak pada kemegahan maupun seni bina bangunannya saja, namun juga dari berbagai aktifitas sosial masyarakat, maupun manfaat masjid tersebut terhadap kemajuan masyarakat sekitarnya.