Masjid Raya Tanjung Pasir terletak di Ds. Tanjung Pasir, Kec. Kualuh Selatan, Kab. Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara. Masjid Raya Tanjung Pasir juga sering dikenal dengan “Masjid Raya Alhaji Muhammad Syah”, sekaligus menjadi Masjid Agung untuk Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Menurut sejarah, Masjid Raya Tanjung Pasir merupakan peninggalan dari Kerajaan Kualuh, dengan corak bangunan khas Melayu yang memiliki ukuran sekitar 20 x 20 meter persegi dan terletak tidak jauh dari sungai Kualuh. Sungai Kaluh adalah suangai yang membentang dari Kecamatan Kualuh Hulu, Ke Kulauh Selatan, Lalu ke Kualuh Hilir, dan yang terakhir ke Kualuh Leidong. Selain memiliki sejarah panjang mengenai penyebaran agama islam di wilayah tersebut, masjid ini juga memiliki daya tarik tersendiri yang dipicu dari seni bina bangunannya yang lumayan unik.
Sejarah Masjid Raya Tanjung Pasir
Bangunan Masjid Raya Tanjung Pasir pertama kali didirikan oleh Sultan Kualuh III, Al-Haji Muhammad Syah, yang saat ini namanya disematkan kepada masjid tersebut, pada tahun 1937 silam. Kesultanan Kualuh sendiri merupakan sebuah pecahan Keultanan Asahan yang berdiri sekitar abad ke 16 Masehi.
Pada sekitar tahun 1920-an, Sultan Al-Haji Muhammad Syah melakukan pemindahan pemerintahan kerajaan ke daerah Tanjung Pasir kemudian mendirikan sebuah istana disana. Putri dari Sultan menikah dengan salah seorang pangeran yang berasal dari kerajaan Langkat. Sebagaimana Sultan Al-Haji, putrinya juga ingin membangun sebuah masjid di daerah Labura.
Keinginan tersebut muncul pada saat Sultan Al-Haji berkunjung ke kerajaan Langkat dan melihat keindahan bangunan Masjid Azizi yang dibangun oleh Sultan Langkat kala itu. Kemudian Sultan Al-Haji ingin membangun bangunan masjid yang sama persis dengan Masjid Azizi, namun dengan ukuran yang lebih kecil (miniatur).
Kemudian keinginan tersebut baru dapat tercapai dan terlaksana pada sekitar tahun 1937 dengan bentuk masjid yang saat ini bisa kita lihat.
Arsitektural Bangunan Masjid Raya Tanjung Pasir
Jika dilihat sekilas, masjid ini memang seperti sebuah miniatur dari Masjid Azizi di Kesultanan Langkat. Memiliki 1 buah kubah utama berukuran besar, dengan beberapa ventilasi udara berupa lubang yang memang sengaja dibuat untuk sumber cahaya dan juga jalan masuknya udara dari atas.
Kemudian pada bagian sekelilingnya terdapat semacam atap berbentuk piramida di 3 pojok bangunan masjid. Lalu dibagian depan sebelah kanan didirikan sebuah menara yang tinggi menulang dengan denah persegi 4, dengan puncaknya berupa seperti gazebo berpagar teralis besi, dan puncaknya dibuat dengan bentuk piramida. Pada bagian puncak kubah dan puncak menara diberikan simbol bulan sabit khas budaya islam.
Masjid Raya Tanjung Pasir ini dibalut dengan cat warna Hijau di hampir keseluruhan bangunannya. Warna yang berbeda hanya muncul pada saat kita memasuki ruang utama masjid. Jika kita lihat kubah yang saat ini sudah berumur lebihd ari 70 tahun dan terbuat dari tembaga memang sudah mengalami beberapa kerusakan dibagian luarnya. Meskipun begitu, warga sekitar masih belum mau untuk merenovasinya mengingat sejarah pembangunan masjid ini lumayan unik.
Pada bagian luar, luas tanah yang dapat dipakai oleh masjid ini memang masih sangat luas, namun perluasan bangunannya tidak kunjung dilakukan. Kemungkinan besar karena untuk menghargai usaha para pendahulu yang membangun masjid ini dengan susah payah, dan juga agar amal jariah dari para pendiri masjid dapat terus berlangsung sampai kapanpun.