Umat muslim di Indonesia merupakan kepercayaan yang mayoritas masyarakatnya pilih sebagai pedoman hidup mereka. Penyebaran ajaran islam pun beragam. Mulai dari perdagangan, kerajaan hingga beberapa tokoh ulama yang sengaja menyebarkan ajaran agama islam di Nusantara. Pulau Jawa merupakan sebuah tempat yang menjadi berkembangnya agama islam secara pesat. Salah satu alasan yang membuatnya semakin banyak penganut agama islam yaitu adanya peran penting tokoh ulama yang langsung menyebarkan agama islam. Salah satunya adalah Wali Songo atau Sembilan Wali. Kesembilan Wali tersebut sangat berjasa bagi umat muslim. Mereka tersebar di berbagai wilayah pulau Jawa demi mensyiarkan agama islam. Penyampaian dalam mengajarkan serta menyebarkan agama islam pun beragam. Tak sedikit yang sengaja melalui ceramah dan pengajian ada juga yang melalui kesenian atau tembang-tembang sehingga menarik para masyarakatnya untuk memeluk agama islam. Salah satunya adalah Sunan Kalijaga. Beliau adalah seorang putra dari Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama asli dari Sunan Kalijaga sendiri adalah Raden Said. Beliau menyebarkan agama islam di pulau Jawa dengan cara yang cerdas. Dimana beliau menggunakan kemampuannya memasukkan pengaruh islam ke dalam tradisi Jawa. Sehingga masyarakat Jawa perlahan bisa menerima ajaran islam dan banyak dari mereka yang masuk menjadi beragama islam.
Atas jasa itu lah beliau sangat dihormati serta disegani oleh para masyarakat di Jawa. Setelah beliau wafat, maka jenazahnya dimakamkan di Demak. Sehingga siapa pun yang ingin berziarah mengunjungi makam Sunan Kalijaga harus datang ke Demak. Disana juga terdapat sebuah bangunan masjid yang usianya sudah sangat tua dan merupakan bangunan masjid yang bersejarah. Lokasi masjid tersebut berada di Desa Kadilangu, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak. Letaknya tepat berada di sisi timur Makam Sunan Kalijaga. Ketika peziarah yang akan mengunjungi makam Sunan Kalijaga, maka mereka akan melewati masjid tersebut. Ketika akan melewatinya, pengunjung atau peziarah dapat melalui akses masuk ke dalam masjid dengan melewati lorong samping yang searah dengan Makam Sunan Kalijaga. Atau juga bisa melewati depan dengan menaiki beberapa undakan.
Namun jika pengunjung atau peziarah datang dari sisi timur, mereka dapat berwudhu terlebih dahulu kemudian melaksanakan ibadah shalat sunat terlebih dahulu baru kemudian dapat mengunjungi ke makam Sunan Kalijaga dalam keadaan yang suci. Dilihat dari bangunannya masjid Sunan Kalijaga bukan seperti bangunan masjid lainnya yang terlihat besar, mewah dan megah. Tidak seperti bangunan masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon dan juga tidak seperti Masjid Agung Demak. Namun kedua masjid tersesbut merupakan keterlibatan dari Sunan Kalijaga dalam melakukan proses pembangunannya pada dahulu.
Pembangunan masjid Sunan Kalijaga ini dimulai sekitar tahun 1532 dimana tahun tersebut ketika Sunan Kalijaga masih hidup. Namun pada masa itu masjid tersebut masih merupakan sebuah surau yang kecil dan sangat sederhana. Kemudian setelah beliau wafat, maka surau tersebut diperbaiki bangunannya sehingga lebih baik oleh putra ketiga dari Sunan Kalijaga yaitu Sunan Hadi. Pada proses perbaikannya, surau tersebut menjadi sebuah masjid yang terihat seperti sekarang ini.
Pembangunannya yang dilakukan oleh Sunan Hadi sendiri pada tahun 1534. Hingga saat ini bangunan tersebut sebenarnya sudah dilakukan beberapa kali renovasi. Sekarang terlihat bangunan masjid dengan mustaka yang atapnya mirip dengan berbagai masjid lama. Atap masjid tersebut berbentuk limas bersusun dua serta di bagian kubahnya terdapat pengeras suara untuk mengumandangkan adzan.