Masjid Baiturrahman menjadi masjid Agung untuk Kabupaten Ngawi, terletak di Desa Margomulyo, kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Karena menjadi masjid agung, pemilihan lokasi Masjid Agung Baiturrahman diletakkan di alun-alun kota Ngawi. Meskipun menjadi masjid agung, Masjid Baiturrahman tetap mempertahankan arsitektur masjid aslinya, dengan seni bina bangunan yang kental dengan nuansa Klasik Indonesia, meskipun sudah pernah direnovasi pada tahun 2010 lalu.
Sejarah dan Arsitektural Masjid Agung Baiturrahman Ngawi
Masjid Agung Baiturrahman Kabupaten Ngawi didirikan pertama kali pada hari Selasa Kliwon, 25 November 1879 Masehi oleh Bupati Ngawi ke-6, Raden Mas Tumenggung Brotodiningrat. Pada saat itu, masjid ini belum memiliki nama dan masyarakat sekitar menyebutnya sebagai “Masjid Gedhe” atau “Masjid Besar”.
Data detail pembangunan masjid ini dapat kita lihat dari sebuah prasasti yang terukir dengan huruf arab pegon (gundul) diatas papan kayu jati yang diletakkan diatas pintu masuk ruangan utama untuk sholat.
Kemudian, barulah penggunaan nama “Masjid Baiturrahman” diresmikan oleh Bupati Soelardjo, pada tanggal 07 April 1988 silam. Penetapan nama resmi tersebut seiring dengan selesainya proses pemugaran besar-besaran yang dilakukan pada masjid ini.
Prasasti yang ada diatas pintu ruang induk selain difungsikan sebagai pencatat detail asli pembangunan, juga dimaksudkan sebagai hiasan melihat beberapa pahatan indah yang bertuliskan lafadz basmalah dengan hiasan unggas di bagian kanan dan kirinya. Kemudian ditambahkan pula tulisan “Muhammad” dibagian kanan dan kirinya.
Meskipun pintu aslinya sudah tidak digunakan lagi, namun prasasti tersebut tetap dipertahankan dengan direkatkan kepada tembok diatas pintu yang baru.
Beberapa prasasti juga turut diukir diatas papan kayu tebal dari kayu jati yang diletakkan diatas gawang masuk ke Mimbar. Prasasti tersebut bertuliskan pembuatan mimbar asli yang dilakukan pada tanggal 16 April 1881 Masehi, dan selesai pada tanggal 13 Agustus 1881.
Kemudian masih ada 1 prasasti lagi yang diletakkan di bagian mustaka masjid, yaitu suatu hiasan seperti mahkota yang dipasang dibagian puncak palign tinggi di masjid. Prasasti tersebut berisi tentang tanggal pembuatan mustaka yang dibuat pada tanggal 26 Agustus 1881 dan dibuat oleh Kanjeng Brotodiningrat.
Renoasi Masjid Agung Baiturrahman Ngawi
Masjid Agung Baiturrahman Ngawi sudah mengalami beberapa kali renovasi dan pemugaran, yaitu pada tahun 1924 dilakukan pergantian atap sirab bangunan induk dengan bahan baku seng oleh Bupati Ngawi pada kala itu. Renovasi berikutnya dilakukan pada tahun 1977 oleh Bupati Soewojo dengan menambahkan bangunan serambi dan gapura.
Pada tahun 1981, pemugaran kembali dilakukan oleh Bupati Panoedjoe dengan menambahkan ruang pawastren (ruang untuk jamaah wanita), yang saat ini digunakan sebagai ruang perpustakaan dan tempat wudhu untuk jamaah wanita. pemasangan karpet juga turut dilakukan diatas tegel diruang utama masjid.
Pemugaran besar-besaran kemudian dilakukan pada tahun 1986, oleh Soelarjo, Bupati Ngawi yang menjabat saat itu. Renovasi dimulai pada tanggal 18 Juli 1986 Masehi, dan baru selesai pada tanggal 15 April 1988 Masehi. Peresmian renovasi tersebut dilakukan oleh H. Zahid Hussein, dan diperkirakan bangunan baru tersebut mampu untuk menampung hingga 3.000 jamaah sekaligus.
Pemugaran bangunan yang menghasilkan Masjid yang sudah cukup megah kala itu menghabiskan dana hingga Rp. 360 juta yang terdiri dari Rp. 200 juta Swadaya Masyarakat, dan bantuan presiden Rp. 160 juta.
Pemugaran terakhir kemudian dilakukan pada tahun 2007, dan selesai pada tahun 2009. Dibangun dengan kesan modern dan diresmikan oleh H. Sukarwo (Pak De Karwo), Gubernur Jawa Timur, pada tanggal 26 Oktober 2010.