Lokasi dari masjid Agung Baing Yusuf berada di Kampung Kaum, Kelurahan Cipaisan, Kecamatan Purwakarta. Masjid ini juga merupakan sebuah bukti dar tersebarnya agama islam di wilayah Purwakarta. Hingga sekarang pun bangunan masjid Agung Baing Yusuf menjadi pusat syiar Islam di Purwakarta. Bangunan masjid tersebut terlihat sangat sederhana dibandingkan dengan beberapa bangunan masjid Agung yang dimiliki oleh wilayah lain. Meskipun terkesan sangat sederhana, namun cahaya relgiusna terpancar dari bangunan masjid yang usianya sudah tua tersebut.
Purwakarta sendiri adalah sebuah Kabupaten yang berada di Jawa Barat. Tak hanya bangunan masjid Agung Baing Yusuf saja, Purwakarta juga terkenal akan Sate Maranggi serta objek wisata Waduk Jatiluhur. Sekarang Purwakarta sudah sangat maju terlihat dari infrastruktur yang dimiliki oleh Purwakarta semakin berkembang yang berada di bawah pimpinan Bupati Dedi Mulyadi. Purwakarta juga saat ini memiliki sebuah air mancur yang merupakan air mancur terbesar di Indonesia. Nama dari air mancur tersebut adalah Taman Sri Baduga. Disebutkan bahwa air mancur Taman Sri Baduga mirip dengan Air Mancur Wings of Time yang berada di Singapura.
Dinamakan dengan masjid Agung Baing Yusuf karena merupakan sebuah bentuk penghormatan muslim Purwakarta kepada mendiang Raden Haji Yusuf. Beliau dikenal dengan nama Baing Yusuf yaitu seorang ulama terkemuka yang juga menjabat sebagai enghulu Kepala di Kabupaten Purwakarta sejak tahun 1828. Beliau juga memiliki peranan yang penting dimana ikur serta dalam memimpin embangunan masjid serta menjadi salah satu pengurus masjid tersebut. Selain itu, beliau juga sangat berjasa dalam upaya menyebarkan ajaran islam di wilayah Purwakarta.
Proses pembangunan masjid Agung Purwakarta dimulai pada tahun 1826. Pebangunannya dilakukan oleh masyarakat muslim Sindangkasih yang juga merupakan dibawah pimpinan Raden Haji Yusuf atau Baing Yusuf. Tak hanya memiliki peran penting di Purwakarta, beliau juga ternyata seorang Penghulu Kepala di Kabupaten Karawang. Beliau secara resmi menjabat sebagai Penghulu Kepala Kabupaten Karawang sejak tahun 1828 silam.
Dalam proses pembangunannya, masjid Agung tersebut bersamaan dengan pembangunan Pendopo, Gedung Karesidenan, Tangsi Tentara di Ceplak dan juga termasuk membuat Solokan Gede, Sawah Lega serta Situ Kamojing. Pembangunan masjid tersebut ters berlanjut hingga berganti ke pemerintahan Bupati selanjutnya. Termasuk juga dengan pengurugan rawa-rawa untuk membuat Situ Buleud. Pada tahap awalnya, kondisi dari bangunan masjid Agung Purwakarta masih terlihat sangat sederhana sama halnya dengan bangunan pendopo. Atap masjid tersebut berbentuk limas bertumpang yang merupakan ciri khas dari masjid tradisional. Pada dahulu atap masjidnya berasal dari ijuk dan badan bangunannya terbuat dari kayu dan bambu. Bentuk bangunan masjid Agung Purwakarta yang kini berdiri kokoh merupakan hasil dari renovasi masjid yang telah dilakukan beberapa kali sehingga bangunannya terlihat lebih uas dan juga besar.
Setelah rampung, pengelolaan majsid Agung Purwakarta dilakukan oleh Baing Yusuf kemudian dilanjutkan oleh beliau yaitu Kiyai Haji R. Marjuki hingga pada tahun 1937. Renovasi secara besar-besaran dilakukan pada tahun 1979 namun masih tetap mempertahankan bentuk asli dan juga nilai artistiknya. Kemudian setelah selesai, masjid Agung Purwakarta diresmikan oleh menteri Agama RI yang pada saat itu adalah Letjen. H. Alamsyah Ratu Perwiranegara di tahun 1980. Hingga sekarang bangunan masjid tersebut terlihat lebih megah dan elegan dengan dindingnya dicat warna putih serta terdapat kubah di bagian atapnya ditambah dengan adanya kedua kubah dimasing-masing samping masjid yang ukurannya lebih kecil.