Sebuah bangunan masjid Agung yang dimiliki oleh Sumbawa berada di Jalan DR. Wahidin, Brang Bara, Kecamatan Sumbawa Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Masjid tersebut bernama masjid Agung Nurul Huda. Masjid tersebut juga merupakan warisan dari masa kejayaan Kesultanan Sumbawa. Pada masa Kesultanan Sumbawa, amsjid Agung Nurul Huda adalah sebuah masjid resmi kesultanan. Selain merupakan sebuah bangunan masjid, masjid tersebut juga menjadi tempat penobatan bagi para Sultan yang berkuasa di Kesultanan umbawa. Perlu diketahui pada tanggal 5 April 2011 lalu di masjid tersebut kembali digunakan sebagai tempat penobatan Sultan Sumbawa yang telah puluhan tahun tertunda.
Islam sendiri sudah masuk ke Sumbawa mulai kuat pada masa Harun Al Rasyid I. Mulai saat itu juga masyarakat sekitar banyak yang memeluk agama islam sehingga maypritas penduduk Sumbawa adalah para Muslim. Mereka pun memiliki keimanan yang teguh dalam memegang prinsip serta ajaran islam. Maka tak heran masjid Agung Nurul Huda tak hanya sebagai simbol dari bangunan umat muslim di Sumbawa saja tetapi merupakan sebuah bangunan kebanggaan masyarakat Sumbawa.
Masjid Agung Nurul Huda yang merupakan masjid Kesultanan didirikan di dalam komplek istana tepatnya di keraton Dalam Lokal Real Kesultanan Sumbawa. Letaknya tepat berada di sebelah barat bangunan istana serta pintu utama masjid yang berada di sisi timur dilengkapi dengan kanopi yang menghadap ke arah istana Dalam Loka Real.
Dilihat dari segi bangunannya, masjid Agung Nurul Huda tidak seperti bangunan masjid modern. Melainkan bentuk bangunannya hampir sama dengan bentuk masjid kesultanan yang ada di Tanah Air pada umumnya. Terlihat sangat sederhana dengan bentuk atap tradisional limas bersusun tiga. Pada bagian lantai masjid ditinggikan dari permukaan tanah disekitarnya.
Sebenarnya pada saat itu tepatnya tanggal 5 April 1941 Daeng Muhammad Abdurrahman sudah dikukuhkan sebagai Putra Mahkota Kesultananan Sumbawa. Namun penobatan secara langsung baru dilakukan pada tanggal 5 April 2011 lalu dengan gelar Sultan Muhammad Kaharuddin IV. Penobatan tersebut menandai bangkitnya kembali kesultanan Sumbawa meskipun saat ini jabatan dari sang Sultan tidak lagi memangku jabatan politik seperti halnya dilakukan pada sebelumnya.
Selain itu, ternyata masyarakat sekitar menyebut masjid Agung Nurul Huda dengan nama masjid Jami’ atau masjid makam karena pada halaman masjid tersebut terdapat beberapa makam keluarga Sultan Sumbawa. Bangunan masjid tersebut ternyata sudah mengalami beberapa kali perbaikan hingga ke bentuk bangunan yang saat ini merupakan renovasi masjid yang terakhir. Sekarang juga status dari masjid Agung Nurul Huda bukan dari masjid istana tetapi telah di kelola oleh masyarakat sekitar.
Bangunan masjid Agung Nurul Huda tersebu dikelilingi oleh pagar sehingga para jamaah atau pengunjung yang akan memasuki masjid tersebut harus melewati pagar tersebut. Di bagian depan masjid juga terdapat sebuah tulisan yang menyebutkan dari nama masjid Agung Nurul Huda Kabupaten Sumbawa. Ketika memasuki masjid Agung Nurul Huda Sumbawa, maka akan terlihat suasana keislaman yang kental serta gsya klasik tradisional yang dimiliki masjid tersebut. Ditambah dengan adanya hiasan kaligrafi yang indah juga beberapa kipas angin yang berada di langit-langit masjid agar ketika para jamaah sedang melaksanakan ibadah shalat tidak merasakan kepanasan. Kenudian dibagian lantai masjid pun telah tersedia karpet berwarna merah sebagai alas untuk melaksanalan ibadah shalat. Hingga sekarang pun masjid Agung Nurul Huda selalu dipenuhi oleh para jamaah terutama pada hari Jum’at dan ketika kedua Hari Raya Besar tiba.