Masjdi Agung Nurussalam terletak di Daerah Gunugn Tinggi Pondok Butun, Kecamatan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Tanah Bumbu sendiri merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang sebelumnya termasuk dalam wilayah Kabupaten Kotabaru. Ibukota kabupate Tanah Bumbu terletak di Kelurahan / Desa Gunung Tinggi atau Pondok Butun. Sedangkan untuk kegiatan bisnis dan usahanya berpusat di Kecamatan Simpang Empat, yang dulunya juga menjadi salah satu wilayah dari Kecamatan Batulicin sebelum terpisah. Kabupaten Tanah Bumbu sendiri memiliki luas sekitar 5.066 Kilometer Persegi, dan menurut sensus 2010 penduduknya sampai pada agka 267.900 jiwa.
Pemerakan Kabupaten Tanah Bumbu dilakukan pada tanggal 8 April 2003, menurut Undang-undang No. 2 Tahun 2003, Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan. Tanggal peresmian undang-undang tersebut juga dijadikan sebagai tanggal hari jadi Kabupaten Tanah Bumbu. Pada sekitar 1870-an, nama wilayah Tanah Bumbu sering disebut juga dengan Tanah Koesan atau Tanah Bumbu Selatan.
Setelah 7 tahun berdiri, Kabupaten Tanah Bumbu akhirnya memiliki sebuah Masjid Agung Kabuptan yang dibangun di kecamatan Batulicin. Masjid inilah yang kita sebut dengan “Masjid Agung Nurussalam” Tanah Bumbu.
Masjid Agung Nurussalam Tanah Bumbu diresmikan penggunaannya pertama kali pada tanggal 25 April 2010, dengan luas bangunan keseluruhan mencapai 10.000 meter persegi. Dengan luas bangunan yang begitu besar, Masjid ini dapat menampung hingga lebih dari 10.000 jamaah sekaligus.
Arsitektural Masjid Agung Nurussalam
Pembangunan masjid ini sengaja didirikan semegah mungkin karena memang dijadikan sebagai Masjid Agung untuk Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan bentuk yang sangat unik seperti bunga yang mekar, dengan kubah jumbo, serta dominasi warna biru cerah yang sangat mencolok menjadi ciri khas bangunan Masjid Agung Nurussalam Tanah Bumbu.
Bentuk bangunannya dibuat berbeda dengan bentuk bangunan masjid lainnya di nusantara yang selalu mengadopsi bentuk bangunan khas persegi empat. Berbeda dengan desain Masjid Agung Nurussalam yang justru mengadopsi denah bulat untuk bangunan utamanya.
Kemudian pada bagian luarnya, bentuk denah bundar tersebut dihiasi dengan beberapa bukaan yang menerobos masuk kedalam ruang utama tempat sholat masjid. Atap yang dibuat juga unik, berbentuk oval lancip bertingkat, dengan dua sekaligus mirip bentuk atap depan persis seperti atap Teater Keong Emas TMII dan Sidney Opera House.
Beberapa bukaan jendela dipisahkan pada 4 sisinya yang dibatasi dengan menara dinding dengan kubah-kubah kecil dibagian atasnya dan diletakkan pada setiap sudut bangunannya, sehingga terlihat pola 4 sisi yang lancip. Pola inilah yang kemudian membuat bangunannya menjadi sangat unik, dan mungkin hanya kita temukan pada Majsid Agung Nurussalam Tanah Bumbu di Indonesia.
Pola tersebut juga sangat selaras dengan kubah utamanya yang berukuran besar, berbentuk bulat, dan di balut dengan warna biru mencolok. Bentuk bulatnya juga mempengaruhi pada bagian dalam ruang utamanya, sehingg jika kita lihat justru serasa berada di dalam Dome atau Ruang Teater.
Ruang utama untuk sholat juga terlihat sangat berbeda dari ruang utama masjid lain karena terasa sangat lapang dan minimalis, dengan dominasi warna putih dan beberapa jendela terawang yang mengelilingi ruangannya. Jendela inilah yang juga berfungsi sebagai dinding bagian luar.
Majsid ini memiliki 2 lantai melingkar dan berbentuk mezanin, lantai kedua ini yang digunakan untuk jamaah wanita. kemudian jendela-jendela ruangannya diberikan elemen kaca hias patri. Pada siang hari, kaca tersebut dapat memantulkan sinar matahari secara eksotis dan membuat bagian dalam masjid terasa begitu indah.