Masjid Rancaekek terletak di Kelurahan Bojongloa, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Masjid ini diyakini sebagai masjid tertua di daerah rancaekek dan pernah menjadi saksi bisu mati syahidnya beberapa pejuang kemerdekaan RI.
Masjid ini dikenal sebagai masjid tertua di Rancaekek, karena tidak ada satupun warga yang tinggal di Rancaekek yang mengetahui seluk beluk pembangunan Masjid ini. Bahkan, pengurus DKM (Dewan Keluarga Masjid) Rancaekek tidak ada yang mengetahui sama sekali tentang sejarah berdirinya masjid tersebut.
Namun, ada satu versi dari kakek tua yang tinggal di daerah tersebut. sebut saja Unang yang sudah berumur sekitar 75 tahun, salah satu mantan pengurus Masjid Besar Rancaekek pada tahun 1960-an. Ia juga sempat menjadi penghulu di KUA (Kantor Urusan Agama) yang berdiri tetap di sebelah utara Masjid.
Sekarang, tugas kakek tersebut hanyalah mengurusi beberapa makam tua yang ada di sebarang masjid. Ia juga menceritakan bahwa Masjid Besar Rancaekek didirikan di atas tanah wakaf dari seorang “Demang” atau pada zaman penjajahan sebutan lain dari polisi. Unang kemudian meneruskan, pria yang disebutkan tersebut beranama Ir. Hasan, beliau mewakafkan tanah sekitar 1 hektar yang ditujukan untuk pembangunan masjid dan makam.
Dia pun juga mengakui bahwa beberapa makam yang berada di sebelah barat masjid sering disambangi oleh orang dari luar daerah untuk bersemedi maupun meminta petunjuk pada waktu-waktu tertentu. Hal inilah yang semakin memperkokoh pendapat bahwa Masjid Besar Rancaekek merupakan masjid tertua di wilayah tersebt. Sebagian makam di areal pemakaman tua di sebelah barat masjid ini memang “dikeramatkan”, sehingga banyak orang yang datang berziarah ke makam ini dan kebanyakan berasal dari luar daerah.
Selain itu, Unang juga menjelaskan bahwa diantara makam-makam tersebut juga terdapat makam pejuang kemerdekaan yang meninggal ketika perang di tahun 1946. Setidaknya ada 11 makam pejuang di wilayah tersebut, mereka semua meninggal akibat bom yang meledak pada saat Belanda ingin menghancurkan pemancar radio yang ada di Rancaekek. Pada saat perlawanan inilah, para pejuang kemudian berkumpul dan mulai menyerang dari masjid ini.
Tidak hanya korban tewas saja, namun ada beberapa yang terluka karena percikan ledakan bom, dan berbagai bagian bangunan turut hancur. Renovasi kemudian dilakukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Setidaknya sudah 3 kali renovasi yang dilakukan pada masjid ini hingga kini.
Pada awalnya, bangunan Masjid Besar Rancaekek hanya dibangun dengan bahan baku saja pada tahun 1910-an. Pada saat itu, Unang menceritakan bahwa masjid tersebut berdiri edengan megahnya diantara balong-balong atau kolam ikan di sekelilingnya.
Perombakan awal terjadi pada tahun 1949 untuk memperbaiki dampak dari bom yang meledak tersebut. pada awalnya bangunan asli Masjid Besar Rancaekek dibangun dengan atap berbentuk segitiga, kemudian tepat dibawahnya terdapat bedug besar yang jika di pukul gemanya akan sampai hingga Gedebage.
Perombakan kedua dilakukan pada tahun 1986, dengan perluasan masjid dan bangunannya ditinggikan sekitar 60 cm. Perluasan masjid dilakukan karena jamaah dari masyarakat sekitar sudah semakin banyak. Kemudian peninggian bangunan tersebut dilakukan agar bagian dalam masjid terhindar dari banjir.
Terakhir kali, perombakan dilakukan pada tahun 2006 lalu, dan direspikan oleh Obar Sobarna, Bupati Bandung yang menjabat kala itu. Perubahan mencolok adalah dengan perubahan bagian masjid secara permanen, dan penambahan kubah dan menara untuk masjid ini.
Untuk warga sekitar, lokasi masjid ini sangatlah strategis, dimana terletak di jalan raya yang menghubungkan tiga kecamatan yaitu Majalaya, Solokanjeruk dan Rancaekek.