Penyebaran ajaran islam di Nusantara begitu pesat yang dimulai sejak abad ke 7 Masehi. Pada saat itu dibawa oleh para pedagang Arab yang ternyata telah menjalin hubungan dagang dengan Indonesia pada masa perkembangan Kerajaan Sriwijaya. Dan wilayah yang pertamma kali menerima pengaruh islam adalah daerah panai Sumatera Utara atau dikenal dengan wilayah Samudera Pasai. Dari sana, perkembanyan islam mulai menyebar ke Pulau Jawa.
Pulau Jawa juga tak lepas dari pengaruh tentang adanya orang-orang Arab dan Persia yang pada saat itu mengurungkan niatnya untuk menyerang Kaling di bawah pemerintahan Ratu Siman pada tahun 674 Masehi. Dan perlahan islam pun mulai menyebar di pulau Jawa sehingga mayoritas pennduduknya memeluk agama islam. Dan Karawang adalah salah satu kabupaten yang berada di Jawa Barat merupakan sebuah kota yang tak lepas dari sejarah islam tersebut. Tak hanya terkenal sebagai kota Industri, Karawang juga memiliki berbagai bangunan masjid. Salah satunya berada di Jalan Kosambi Tegalsari, Pancawati, Klari Kabupaten Karawang Jawa Barat.
Masjid tersebut bernama masjid Al-Hidayah. Ukuran dari bangunan masjid tersebut tidak begitu megah dan mewah melainkan terkesan sederhana dan tergolong kecil. Lokasinya hanya beberapa meter dari pertigaan Kosambi menuju ke Desa Tegalsari. Tepatnya disebelah sisi kiri jalan raya dipinggir kali irigasi maka masjid Al-Hidayah akan ditemukan. Masjid tersebut cukup unik dengan bentuknya yang sederhana ditambah warna pada dinding masjid tersebut yang cukup terang benderang. Hal itulah yang membuat masjid Al-Hidayah memiliki daya tarik tersendiri.
Desain dari masjid Al-Hidayah sebenarnya merupakan khas dari Indonesia dengan atapnya yang termasuk atap joglo. Tetapi kemudian atap tersebut dimodifikasi dengan bentuk yang baru sehingga hasilnya begitu menarik. Dan pada akirnya tetap dengan pola dasar masjid yang beratap tumpang dengan tiga susun. Tetapi hanya saja dua susun atap paling atas adalah berbeda dari masjid lain pada umumnya.
Hal unik lainnya yang dimiliki masjid Al-Hidayah adalah terdapat menara yang jumlahnya ada tiga dibangun di atap masjid tersebut. Di bagian sisi depan atap masjid dibangun menara kembar yang jumlahnya ada dua dengan bentuk menara yang sederhana tetapi termasuk dalam ide yang kreatif. Sedangkan menara satunya tak lebih unik dan berbeda dengan kedua menara sebelumnya. Dilihat dari bentuk menara yang ketiga ini termasuk lebih rumit dimana pada bagian ujung menara tersebut ditempatkan sebuah kubah kecil berwarna hijauu. Lalu kubah kecil tersebut dibingkai dengan kerangka beton yang mencengkram tiga sisinya.
Meskipun memilih gaya asli Indonesia, namun masjid Al-Hidayah memiliki kubah yang ukurannya kecl di bagian puncak menara tersebut. Hal itu dikarenakan tetap ingin tidak mau kehilangan unsur kubah dan menara yang biasanya menjadi ciri khas dari sebuah bangunan masjid. Serta tetap mempertahankan pola struktur bangunan masjid tradisional Indonesia.
Tempat berdirinya masjid Al-Hidayah yang berasa dekat dengan jalan raya membuat masjid tersebut selalu ramai oleh kendaraan yang melewatinya. Selain itu tak jarang dari para pengendara yang melaksakan ibadah shalat di masjid tersebut sambil beristirahat sejenak. Selain itu, di sekitar masjid Al-Hidayah banyak terdapat tempat tinggal para warga sekitar dan beberapa pertokoan. Dinding masjid Al-Hidayah didominasi oleh warna yang lembut yaitu warna krem dan paduan warna coklat. Bagian dalam masjid pun terkesan begitu sederhana namun tetap terasa kenyamanan dan kesejukan di bagian ruangan interior masjid Al-Hidayah.