Masjid Ghuzail Al-Ajmal Barokah terletak di Desa Timbangan, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Timbangan yang menjadi nama desa tempat berdirinya masjid ini memang berasal di kata timbangan, yakni alat untuk mengukur berat. Ceritanya berawal di saat Departemen Perhubungan (Kementerian Perhubungan) menempatkan alat timbangan untuk mengukur berat kendaraan yanag melintasi jalan raya antara Palembang Prabumulih dan Kayu Agung. Hal ini dilakukan agar kapatas berat muatan tidak melebihi dari kemampuan jalan raya tersebut.
Darii sinilah kemudian lambat laun justru Desa tempat mengukur berat kendaraan tersebut disebut dengan Desa yang ada timbangan besar, kemudian lebih mudah diucapkan dengan kata Desa Timbangan.
Desa Timbangan terletak di pertigaan KM 32 Kota Palembang, masuk kedalam wilayah kecamatan Indralaya. Kawasan ini semakin ramai setelah Kampus Universitas Sriwijaya dipindahkan ke kawasan Indralaya dari Kawasan Bukit Besar, Kota Palembang.
Pada pertigaan KM 32 ini juga dibangun sebuah tugu perjuangan untuk mengingat jasa-jasa para syuhada perjuangan kemerdekaan indonesia. Monumen tersebut menjadi sebuah landmark untuk KM 32. Kemudian masyarakat sekitar mulai menyebut tempat tersebut dengan sebutan Timbangan Km 32.
Pada saat Kabupaten Ogan Ilir sudah terbentuk secara resmi sebagai sebuah kabupaten baru, hasil pemekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ilir, kemudian daerah KM32 disebut dengan nama Desa Timbangan secara resmi. Seiring dengan terbentuknya Kabupaten Ogan Ilir, tentu saja kawasan KM 32 atau Desa Timbangan menjadi sangat ramai, apalagi Kampus Universitas Sriwijaya juga turut dipindahkan ke kecamatan Indralaya. Jadi, jangan heran jika jamaah yang memadati masjid ini sangat besar, karena terletak pada kecamatan yang tergolong sangat ramai.
Seiring dengan kemajuan alat transportasi, dibangun sebuah terminal di Indralaya dengan sebutan “Terminal Indralaya”. Akhirnya semua kendaraan umum diharuskan untuk mampir ke terminal terlebih dahulu sebelum meneruskan perjalanannya. Hal ini menyebabkan kemacetan sering terjadi sehingga pengendara pribadi baik roda 4 maupun roda 2 lebih memilih untuk melintasi ruas jalan alternatif penghubung antara lintas timur dan lintas barat. Letaknya berada di antara Kampus Unsri dan terminal, sering di kenal dengan sebutan Jalan Nusantara Kos Cemara. Ditepi ruas jalan inilah Masjid Ghuzail Al-Ajmal Barokah berdiri.
Arsitektural Bangunan Masjid Ghuzail Al-Ajmal Barokah Timbangan
Bangunan Masjid Ghuzail Al-Ajmal Baarokah memang dibangun dengan cukup besar. Rancangan seni bina bangunannya menganut arsitektural masjid-masjid Nusantara dengan atap limas bersusun. Namun pada masjid ini atap limasnya ditopang oleh jejeran pilar-pilar besar di seluruh sisi terasnya.
Sebelum memasuki masjid, kita dapat menemukan sebuah gapura kecil yang terlihat keropos terletak di depan bangunan masjid. Dominasi warna gerbang serta pagar besinya adalah warna hijau muda dan hijau tua.
Kemudian di sekeliling areal masjid tersebut terdapat beberapa pohon kelapa yang menjulang tinggi, namun ada beberapa yang masih berukuran rendah.
Atap limas masjid ini dibangun dengan 2 tingkat, sedangkan pada puncak atapnya diletakkan 1 kubah metal berukuran kecil dengan ornamen lafadz “Allah” dibagian atasnya.
Kemudian, pada bagian pintu masuk diwarnai dengan warna putih polos. Terlihat beberapa jendela dengan bentuk menyerupai kubah ditempelkan pada masing-masing sisinya. Untuk tempat wudhu ditempatkan pada bagian selatan masjid, namun tetap terpisah antara tempat wudhu pria dan wanita.
Jika masuk kedalam masjid, kita akan disuguhkan dengan ruangan yang cukup luas, namun terlihat sederhana tanpa ornamen-ornamen mencolok seperti pada kebanyakan masjid lainnya.