Masjid Jami’ Al-Istiqomatul Munawwaroh ini terletak di kampung yang sama dengan berdirinya Masjid Jami’ Sirojul Huda. Namun yang membedakan adalah letaknya, jika Masjid Sirojul Huda terletak di tepi jalan utama, bangunan Masjid Jami’ Al-Istiqomatul Munawwaroh justru berada di dalam gang , namun kubah nya tetap bisa terlihat dari Jalan Raya.
Lokasi tempat berdirinya Masjid Jami’ Al-Istiqomah Munawwaroh ini secara administratif masih masuk di dalam kawasan kampung Leweung Malang. Atau lebih tepatnya di jln. Raya Cikarang – Cibarusah, No. 16, Kampung Leweung Malang, Desa Sukaresmi, Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
Leweung sendiri merupakan sebuah kata dari bahasa sunda yang memiliki arti hutan. Sedangkan Malang berarti Melintang ataupun membujur. Sehingga, jika diartikan secara harfiah tentu saja akan didapatkan filosofi Hutan yang melintang / membujur. Mungkin pemberian nama ini sudah dari jaman dahulu, pada saat kawasan tersebut masih berupa hutan belantara.
Sebenarnya, bahkan saat ini kata “Kampung” sendiri hampir tidak coock di berikan kepada kawasan padat penduduk tersebut. Kawasan Kampung Leweung Malang saat ini lebih dikenal dengan kawasan padat penduduk karena terletak di antara dua kawasan Industri besar yang ada di Cikarang Selatan.
Karena terletak di kawasan padat penduduk dan kawasan industri, tentu saja masjid ini selalu ramai oleh para pengunjung terutama pada malam hari, dimana para karyawan pabrik sudah pulang dan melaksanakan sholat maghrib dan isya secara berjamaah. Bukan hanya para pekerja saja yang memenuhi ruangan ini, namun berbagai umur termasuk anak-anak dan lansia juga turut meramaikan suasana masjid ini.
Arsitektural Masjid Jami’ Al-Istiqomatul Munawwaroh
Keseluruhan lantai masjid ini ditutup dengan karpet sajadah yang selalu terjaga kebersihan dan kerapihannya. Pada 3 sisi masjid (timur, selatan dan utara) disediakan 2 pintu sebagai pintu utama masuk kedalam bangunannya. Sebenarnya, bangunan utama masjid ini pada awalnya merupakan bangunan dengan arsitektural khas indonesia dengan atap limas (joglo) bersusunnya. Namun, bangunan tambahan kemudian dibagian di tiga sisinya dan berbentuk seperti saat ini.
Bangunan yang ditambahkan adalah bangunan teras sisi timur (depan), dan juga pada sisi selatan (kiri) yang bisa dibilang cukup luas. Teras ini biasanya digunakan untuk beristirahat, berbincang, mengobrol, maupun sebagai tempat tambahan untuk ruang sholat.
Teras-teras tersebut ditopang oleh bebrapa deretan pilar beton yang sangat kokoh. Sementara untuk teras ketiga di sisi selatan (kiri) tersebut diberikan pembatas sebagai tempat khusus sholat untuk jamaah wanita.
Tempat wudhunya dibangun secara terpisah dan terletak di sisi kiri masjid bagian belakang. Memang tidak ada penanda kapan sebenarnya Masjid Jami’ Al-Istiqomatul Munawwaroh ini dibangun, namun dengan jelas bahwa dari bangunannya saja kita dapat melihat sebuah bangunan yang cukup tua.
Pintu dan jendelanya dibuat tidak terlalu tinggi, dan sepertinya disesuaikan dengan pada saat masjid tersebut dibangun dan disesuaikan dengan aristektural dan ukuran rumah-rumah penduduk sekitar. Yang unik dan menarik perhatian adalah dinding bagian mihrab yang terlihat memiliki ketebalan 2 kali lipat dari tembok lainnya.
Letak masjid Jami’ Al-Istiqomatul Munawwaroh ini memang agak masuk kedalam gang, karena itulah para pekerja lebih suka untuk melakukan ibadanhnya di masjid ini, karena suasana disini akan sedikit terbebas dari hiruk pikuk kendaraan yang memenuhi jalan raya. Sehingga kekhusukan dalam beribadah menjadi lebih terjamin.