Cikarang adalah sebuah kota yang terkenal sebagai kota Industri di Provinsi Jawa Barat selain kota Karawang yang memiliki kawasan industri terluas dan terpadat. Cikarang juga tak lepas dari berbagai bangunan masjid yang indah dan juga megah. Salah satunya yang akan kita bahas adalah Masjid Jami’ Nurul Hidayah yang merupakan Masjid Liga Muslim Di Cikarang Utara.
Masjid Liga Muslim
Kenapa disebut dengan Masjid Liga Muslim?, tentu saja ada hubungan erat dengan Liga Muslim Dunia (World Muslim League / Rabithah’Alam Islami). Sesuai dengan plakat dan prasasti di Masjid Jami’ Nurul Hidayah, disebutkan bahwa pembangunan masjid ini didanai penuh oleh Liga Muslim Sedunia. Yaitu sebuah organisasi nirlaba yang berpusat di Saudi Arabia yang berfokus pada pemberian bantuan dana pembangunan fasilitas tempat ibadah untuk umat muslim di dunia, terutama yang berada di daerah terpencil dan juga didaerah dengan mayoritas agama non-muslim.
Berdasarkan Plakat dan Prasasti, bangunan masjid ini memiliki nama “Masjid Al-Amir Saud Bin Kholid Al-Saud”. Memang agak sulit penyebutannya mengingat bangunan tersebut dibangun didaerah Cikarang Utara, Jawa Barat, Indonesia. Untuk mempersingkat sebutan dan mempermudahkan pengucapannya, akhirnya diberikan nama yang lebih simpel yaitu “Masjid Nurul Hidayah”, atau juga bisa disebut dengan “Masjid Liga Muslim”.
Arsitektural Bangunan Masjid Jami’ Nurul Hidayah
Jika dilihat dari seni bina bangunan yang dipakai oleh bangunan masjid yang dibiayai oleh Organisasi Saudi Arabia, tentu saja arsitektural bangunan yang melekat dibangunan masjid ini adalah budaya Timur Tengah modern, atau juga bisa disebut dengan arsitektural Universal, karena Timur Tengah menjadi kiblat utama bagi seni arsitektural bangunan sebuah masjid.
Bangunannya dilengkapi dengan sebuah kubah dibagian tengah-tengah atap cornya, kemudian satu menara juga turut dibangun disamping kubah tersebut, namun dbangun dengan tidak terlalu tinggi. Kubahnya dibangun dengan struktur beton, dibalut warna hijau muda, dengan satu mustaka yang terbuat dari alumunium, dengan ornamen puncak lafadz “Allah”. Bagian menaranya pun juga dibalut dengan dominasi warna hijau tua, namun juga dipadukan dengan warna putih dibeberapa bagiannya. Menaranya dibuat memiliki 2 ruang yang cukup untuk beberapa orang, kemudian pada jendela ruangan tersebut diberikan kaligrafi tepat dibagian tengah-tengahnya. Pada puncak menara pun diberikan atap kecil, dan juga sebuah kubah dan mustaka dengan ukuran yang lebih kecil. Pada leher kubah dibuat dengan beberapa rongga sebagai sirkulasi cahaya matahari.
Karena terletak di timur jalan raya, tentu saja bagian mihrab masjid ini menghadap ke jalan raya, sedangkan pintu masuknya ditempatkan di sebelah timur dan juga beberapa di sebelah utara dan selatan. Tempat berwudhunya ditaruh di bagian selatan masjid. Kemudian, pada bagian timur masjid terdapat beberapa makam tua yang disinyalir merupakan pendiri bangunan asli masjid ini.
Pintu-pintu pada masjid ini menggunakan pintu geser dengan kaca berwarna gelap, dan rangka berupa alumunium. Kemudian setiap jendela yang ada di masjid ini juga memiliki kaca yang berwarna gelap, dilengkapi dengan beberapa ventilasi udara dibagian atasnya. Jendela yang diimplementasikan di masjid ini tidak dirancang sebagai jendela buka tutup, yaitu jendela permanen, sehingga ventilasi udara dipisahkan dibagian atasnya.
Menara yang dibangun di Masjid Jami’ Nurul Hidayah ini sangat khas dengan bangunn menara Arab Saudi. Dibangun menyatu dengan bangunan masjidnya, diletakkan di pojok sisi barat laut. Dominasi keseluruhan warna di masjid ini adalah warna-warna yang disukai oleh Rasulullah SAW, yaitu warna putih dan warna hijau tua.