Masjid Agung Baitul Makmur Jepara ini merupakan masjid tua yang sudah dibangun dari tahun 1660, sekaligus menjadi salah satu masjid tertua di daerah Jepara. Lokasi berdirinya di Desa Kauman, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah.
Awalnya, bangunan Masjid Agung Baitul Makmur Jepara ini mirip dengan arisktural bangunan Tiongkok, yaitu memiliki atap bersusun lima. Namun, dengan berbagai renovasi yang terjadi, saat ini atap yang dipertahankan hanya bertingkat dua saja.
Sejarah Pembangunan Masjid Agung Baitul Makmur Jepara
Dulunya Masjid Agung Baitul Makmur Jepara ini dibangun pada masa pemerintahan Pangeran Arya Jepara, seorang anak angkat dari Ratu Kalinyamat. Pada saat itu, wilayah kekuasaannya meliputi Jepara, Pati, Kudus, Hutan Mentaok (Mataram).
Ratu Kalinyamat sendiri dikenal tidak memiliki anak kandung, namun beliau merupakan seorang ratu yang baik hati dan cerdas, sehingga mau untuk mengadopsi Pangeran Arya Jepara yang merupakan adik ipar dari Sultan Banten, Sultan Maulana Yusuf.
Masjid Agung Baitul Makmur Jepara ini dibangun pada saat pemindahan pusat pemerintahan kerajaan Kalinyamat terjadi. yaitu dipindahkan dari Kota Kalinyamat ke Jepara pada sekitar tahun 1650 – 1660.
Renovasi terjadi sebanyak 3 kali. Dimulai pada tahun 1686, kemudian tahun 1929, dan yang terakhir pada tahun 1989 karena jamaah yang datang memenuhi masjid ini semakin tidak terbendung lagi.
Dulunya, bangunan Masjid Agung Baitul Makmur Jepara ini berbahan dasar kayu jati, namun dengan beberapa rehabilitasi dan perluasan bangunan, akhirnya bangunannya dirubah menjadi beton dengan berdinding tembok permanen seperti yang dapat kita lihat saat ini.
Meskipun begitu, beberapa bagian kuno dari tahun 1660-an masih dipertahankan hingga kini, dengan polesan pelitur mengkilap. Sebagai contoh adalah plafon yang terbuat dari lembaran kayu jati yang terletak pada ruang masjid bagian depan. Kemudian terdapat pula tiang soko guru yang hanya diperkuat dengan bagian beton saja, sedangkan bagian luar tetap menggunakan kayu ukir. Sehingga, ketika masuk kedalam areal ruang sholat, kita akan merasakan suasana kuno didalamnya, meskipun dari bagian luar tampak seperti bangunan modern.
Serambi luar pun juga masih menggunakan lembaran kayu jati pada plafonnya, sehingga jika dilihat dari bawah akan terlihat beberapa lembaran kayu berukuran besar yang diukir dengan sangat indah. Ukirannya pun bermacam-macam, ada yang bernuansa bunga khas ukiran Jepara, dan ada beberapa ukiran khot kaligrafi arab. Beberapa pintu dan jendela pun juga memiliki ukiran khot kaligrafi tersebut, sehingga keindahan arsitektur kuno semakin terlihat.
Bangunan Masjid Agung Baitul Makmur Jepara saat ini sudah sangat sering dikunjungi oleh warga, tidak hanya dari daerah Jepara saja, namun juga dari berbagai daerah luar. Hal ini disebabkan oleh bangunan masjid yang memiliki ukiran-ukiran indah yang terletak di bagian dalam masjid.
Sayangnya bentuk bangunan asli yang merupakan ciri khas beratapkan susun lima sudah tidak dapat kita lihat saat ini.Renovasi pada tahun 1936 lah yang merubah atap bangunan menjadi dua susun saja, dan menambahkan sebuah menara di bagian sampingnya. Menara tersebut memiliki arsitektural khas Belanda, dan terlihat seperti mercusuar.
Jika dilihat pada bangunan saat ini memang terlihat sangat modern, dengan berbagai pohon rindang di sekitarnya. Kemodern-an tersebut ternyata juga tidak meninggalkan unsur-unsur kuno yang masih patut untuk diacungi jempol, daripada merombak total bagian masjid dan menghilangkan nilai sejarahnya.