Masjid Agung Purbalingga merupakan sebuah masjid pusat kegiatan umat islam di Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Bangunan masjid ini telah dipugar oleh Drs. Triyono Budi Sasongko, Msi., Bupati Purbalingga yang mejabat kala itu, dengan adopsi arsitektural Masjid Nabawi yang sangat kental. Dengan bangunan yang cukup luas, Masjid Agung Purbalingga dapat menampung hingga 2.500 jamaah sekaligus.
Lokasi berdirinya Masjid Agung Purbalingga adalah terletak di kawasan pusat kota Purbalingga, atau tepatnya di depan Alun-alun kota tersebut, atau di Jln. Jambu Karang No. 1, Purbalingga.
Bangunan masjid yang dapat kita lihat saat ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri untuk masyarakat Purbalingga, karena dibuat dengan cukup megah dan memiliki beberapa ciri khas yang menonjol dari masjid-masjid pada umumnya. Gaya arsitektural yang diadopsi pun lumayan unik, yaitu pada renovasi tahun 2002, perpaduan antara arsitektural Timur Tengah dan Tradisional Jawa diimplementasikan di masjid ini. Sehingga, terciptalah sebuah bentuk bangunan yang sekilas jika dilihat dari sisi depan terlihat seperti Masjid Nabawi di Madinah, namun dibelakangnya memiliki ciri khas yang kental dengan masjid tradisional , yaitu atap limasan bersusun tiga dengan warna hijau.Dibagian puncak atap tersebut juga diimplementasikan sebuah kubah berwarna putih.
Disamping kiri dan kanan masjid, terpisah dari bangunan utamanya juga didirikan dua buah menara yang menjulang tinggi dengan arsitektural khas Timur Tengah.
Bangunan Masjid Agung Purbalingga yang kita lihat saat ini bukanlah bangunan masjid aslinya. Bangunan Asli dari Masjid Agung Purbalingga di bangun sekitar tahun 1853 Masehi, oleh seorang ulama yang dikenal dengan nama “KH. Abdullah Ibrahim”. Pembangunan awal dilakukan diatas lahan seluas 5.500 meter persegi.
Lalu, hingga saat ini sudah ada sekitar 5 kali renovasi yang dilakukan di masjid ini, yaitu pada tahun 1918, 1960, 1970, 1980, dan yang terakhir dilakukan pada tahun 2002 lalu. Pembangunan terakhir pada tahun 2002 menghabiskan dana hingga Rp. 2 milyar, sehingga menghasilkan sebuah bangunan yang sangat megah, namun tidak melupakan sisi tradisionalnya.
Karena terletak di Alun-alun pusat Kota Purbalingga, tentu saja masjid ini tidak pernah sepi oleh para pengunjung, baik yang ingin melakukan ibadah sholat lima waktu, maupun para pelancong yang ingin beristirahat. Selain itu, berbagai jajanan mulai makanan berat hingga makanan ringan yang dijajakan oleh pedagang kaki lima selalu memenuhi areal sekitar.
Keindahan bangunan masjid ini begitu memukau siapapun yang memandangnya, terutama pada bentuk kubah putih yang berada di depan, kemudian bangunan atap hijau tradisional namun sangat megah yang berada dibawah, serta bangunan dua menara yang menjulang tinggi terus membuat takjub siapapun yang memandangnya.
Bangunan menara tersebut dibuat dengan 7 tingkatan, mulai dari dasar dengan ukuran paling besar, hingga ke bagian paling atas dengan bentuk elipse dan puncak lancip. Sekeliling bangunannya memiliki pagar dari teralis besi, dan batu bata dengan puncak diberikan masing-masing sebuah kubah kecil berwarna putih.
Bagaimana tidak dikatakan megah, pada bagian lahan parkirnya saja sudah dilapisi dengan batu granit dan diatur membentuk sebuah mozaik yang sangat cantik. Lebih takjub lagi jika kita masuk pada ruang utama sholat.
Pada ruang pertama terlihat hiasan di kubah dengan mozaik yang dibentuk dengan warna hitam, kuning keemasan, hijau dan coklat. Kemudian satu lampu gantung di berikan sebagai penerangan, sedangkan dibagian puncak kubah bagian dalam diberikan beberapa lampu kecil. Sekitar 8 tiang penyangga juga turut dibangun untuk menyangga struktur kubah tersebut.