Masjid Al-Mukarromah atau lebih dikenal dengan sebutan “Masjid Keramat Banua Halat” merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan. Terletak di Ds. Banua Halat Kiri, Kec. Tapin Utara, Kab. Tapin, Provinsi Kalimantan Tengah. Jarak dari Kota Banjarmasin adalah sekitar 120 km.
Sejarah Pembangunan Masjid Keramat Banua Halat
Sejarah Pembangunan Masjid Keramat Banua Halat ini memiliki dua versi, karena pada dasarnya tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan masjid ini dibangun. Salah satu versi mengatakan bahwa masjid ini dibangun oleh Haji Mungani Salingnata pada sekitar tahun 1840-an. Lalu, versi lain mengatakan bahwa masjid ini dibangun oleh H. Syafrullah yang kerap dikenal dengan sebutan “Datu Ujung”. Datu Ujung inilah yang saat ini masih dikenal sebagai perancang Tiang Miring yang menjadi salah satu tiang utama untuk Masjid Keramat ini.
Sebagai seorang tokoh masyarakat, tentu saja sudah menjadi kewajiban Datu Ujung untuk memberikan fasilitas tempat ibadah mayarakat sekitar. Uniknya lagi, menurut cerita tiang-tiang berukuran besar di masjid ini dicari sendiri oleh Datu Ujung di Ds. Batung, Kec. Piani. Sebenarnya jika dinalar secara logika menjadi tidak mungkin jika satu orang saja dapat memindahkan kayu berukuran besar tersebut dari tempat asalnya. Namun konon kayu-kayu besar tersebut hanya ditendang oleh Datu Ujung dengan kekaromahannya, dan lambat laun melewati Sungai Tapin.
Setelah bangunan masjid didirikan secara total, warga bersama Datu Ujung mengadakan acara selametan . Pada saat itu, jika hidangan dihitung akan terjadi kekurangan untuk beberapa warga. Akhirnya, Datu Ujung berpesan kepada warga “Jangan makan dulu, sebentar saya ambilkan ikan di Negara”. Maksudnya adalah wilayah Negara, Hulu Sungai Selatan. Warga pun tidak ada yang mempercayainya karena jarak antara wilayah masjid ini dengan Negara, Hulu Sungai Selatan terpatut jauh. Pada akhirnya, warga pun tidak mengindahkan perintah Kyai tersebut. pada saat warga sedang memakan hidangan, tibalah sang kyai dengan membawa beberapa ikan. Melihat pesannya tidak di indahkan oleh masyarakat sekitar. Akhirnya Datu Ujung sempat marah, kemudian menghentakkan kakinya di atas tanah hingga menimpulkan bekas tanah yang seikit miring. Bahkan, bekas pijakan beiau masih berbekas hingga saat ini.
Hingga saat ini, ada sebuah keajaiban yang masih terjadi, yaitu keluarnya minyak dari sebuah tiang yang menopang struktur atap masjid. Tidak diketahui secara pasti kapan tiang tersebut mulai mengeluarkan minyak. Banyak orang-orang yang berebut ingin mengelus-elus tiang tersebut , ataupun membasuhkan minyaknya ke wajahnya, kemudian mnyebutkan permintaannya didalam hati.
Namun, sebuah cerita mengatakan bahwa pada saat bangunan masjid ini dibakar oleh Kolonial Belanda, hampir keseluruhan bangunannya hangus terbakar, kecuali satu tiang utama yang hingga kini terus mengeluarkan minyak. Barulah pada tahun 1862, bangunan Masjid Keramat Banua Halat dibangun ulang.
Berbagai peristiwa unik terus terjadi dimasjid ini, salah satunya adalah pada sekitar taahun 1985, seorang wanita mungkin dirasuki oleh Datu Ujung, dan berkata agar masyarakat tidak meratakan bagian mihrabnya, karena menjadi ciri khas masjidnya. Tidak hanya itu saja, Datu Ujung juga berpesan bahwa meskipun saat ini pengujung tidak bertemu dengan Datu Ujung, tetapi pengunjung (peziarah) masih dapat melihat sebuah peninggalan kuno berupa tiang penyangga dari kayu ulin.
Selain itu, juga diyakini bahwa bejana (tampungan) air untuk wudhu di masjid ini cukup manjur untuk digunakan sebagai penyembuh dari segala macam penyakit.