Masjid Keramat Pelajau merupakan sebuah bangunan masjid yang sudah berumur cukup tua di Provinsi Kalimantan Selatan. Lebih tepatnya terletak di Ds. Palajau, Kec. Pandawan, Kab. Hulu Sungai Tengah. hingga kini masjid ini tetap dikelola oleh masyarakat tanpa mengandalkan bantuan dari pemerintah. Bangunan yang memiliki luas sekitar 400 meter persegi ini dapat menampung hingga 600 – 700 mereka.
Bangunan Masjid Keramat Pelajau ini juga menjadi salah satu bukti sejarah dari perjuangan para pahlawan kemerdekaan Indonesia melawan kolonial Belanda.
Keberadaan masjid ini tentunya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi para masyarakat sekitar. Selain digunakan sebagai tempat ibadah sholat wajib, tentu saja bangunan Masjid Keramat Pelaju ini juga digunakan untuk kegiatan lainnya yaitu pendidikan belajar Al-Qur’an, dan lain-lain.
Sejarah Pembangunan Masjid Keramat Pelajau
Meldy Muzada Elfa, sekaligus penulis buku terkenal berjudul “Sejarah Masjdi Keramat Pelaju Barabai” mengungkapkan sejarah awal kapan dan bagaimana bagunan masjid ini didirkan. Sejarah dimulai pada abad ke-13, dimana pada saat itu wilayah kampung Pelaju memiliki sungai yang bernama “Palayarum” (namun sungai ini sudah mati sekarang).
Palayarum sendiri diambil dari nama sebuah sungai di Pegunungan Meratus. Namun saat ini sungainya sudah tidak mengalir, dan justru ditumbuhi oleh beberapa pohon Rumbia. Padahal, sebelumnya air mengalir sangat deras dari pegunungan Meratus.
Kemudian di daerah lereng pegunungan Meratus yang menyatu dengan wilayah dataran rendah, terdapat sebuah bangunan yang khusus ditinggali oleh penduduk tertua di Kalimantan Selatan. Arealnya memanjang dari arah utrara ke selatan. Pada awalnya, Sungai Palayarum mengalir dengan deras, dan bahkan bisa digunakan untuk memindahkan dari dataran rendah, tanpa perlu mengangkutnya.
Sungai Palayarum duu juga berfungsi sebagai salah satu jalur perdagangan penting. Para pedagang dari mancanegara unutk mencari nafkah sekaligus menyebarkan agama islam.
Ada semacam tradisi unik di Masjid Keramat Pejau yaitu tradisi yang dilakukan pada saat hari raya idul fitri dan idul adha datang. Tradisi tersebut dinamakan dengan “Batumbang”. Prosesi tradisi Batumbang ini adlaah dengan membawa bayi yang berumur 1 bulan hingga 1 tahun, untuk kemudian ditapakkan kakinya di anak tangga mimbar khotbah.
Kemudian, setelah acara sungkeman selesai, para orang tua yang membawa bayi tersebut menebarkan beberapa koin uang receh yang langsung diperebutkan oleh anak-anak. Lalu yang terakhir adalah dengan membagiakn kue apam / apem ke masing-masing pengunjung untuk mkemudian di makan bersama.
Beberapa filosofi yang dapat diambil adalah, bayi yang diajari untuk naik ke mimbar tersebut agar kelak menjadi seorang pemimpin yang arif, dan menjadi pribadi yang baik.
Arsitektural Masjid Keramat Pelajau
Bangunan masjidnya dibuat sedemikian rupa dengan khas budaya tradisional Kalimantan. Aritektural paling mencolok terlihat dari atap bangunannya ynag dibuat limasan bertingkat, dengan ujung atap yang lancip.
Bagian luar masjid ini memiliki satu pintu gerbang di bagian depan, sedangkan wilayah sekelilingnya di berikan pagar teralis besi. Lahan parkir yang disediakan memang tidak cukup luas, namun beberapa kendaraan roda 4 masih dapat parkir didalam kawasan.
Tempat wudhunya dibuat terpisah di bagian kiri dan kanan masjid. Kemudian dihalaman masjid ini tidak memiliki hiasan taman seperti masjid-masjid lainnya.
Masuk kedalam masjid, kita akan dihadapkan dengan sebuah ruangan yang menonjolkan kesederhanaan, namun tetap mengadopsi beberapa bagian modern, terutama pada bagian bangunan permanennya, serta beberapa tiang yang sudah terbuat dari beton.