Masjid Agung Al-Falah terletak di Gunung Antasari, Kota Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Memang agak aneh jika kita mendengar nama “Tanah Bumbu” disini, karena memang pada masa pemberian nama kota kabupaten tersebut terkenal dengan penghasil rempah (bumbu) yang sangat melimpah, sehingga nama Bumbu kemudian disematkan didalam namanya.
Kabupaten Tanah Bumbu sendiri beribukota di Batulicin, dan sangat terkenal dengan slogan kabupatennya yaitu “Kabupaten Bumi Bersujud”, artinya filosofi yang dapat diambil adalah masyarakat di Kabupaten tersebut benar-benar memegang teguh pada keislaman yang kuat.
Masjid Al-Falah yang akan kita bahas inilah yang dijadikan sebagia Masjid Agung untuk Kabupaten Bumbu yang terletak di Kota Batulicin.
Peresmian Masjid Agung Al-Falah Tanah Bumbu Kalimantan Selatan
Masjid nan Megah ini pertama kali diresmikan penggunaannya oleh Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Dr. H.M Hatta Ali SH. Tepatnya pada hari Jum’at Tanggal 18 Maret 2016 silam.
Peresmian kemudian diawali dengna sambutan dari Ketua Mahkamah Agung, dilanjutkan dengan acara penandatanganan sebuah prasasti pembangunan masjid yang dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Selatan, H. Sahbirin Noor S.Sos MH. Pemotongan pita pun turut dilakukan dan dilanjutkan dengan sholat Jum’at berjamaah bersama-sama dengan masyarakat sekitar.
Pembangunan dan Arsitektural Masjid Agung Al-Falah
Masjid Agung Al-Falah mulai didirikan pada bulan April 2014 lalu, dengan adopsi gaya arsitektural bangunan khas Timur Tengah, dan menggabungkan beberapa unsur murni dari budaya Kalimantan Selatan pada bagian interior masjidnya.
Bangunannya didirikan diatas lahan tanah seluas 1,6 hektar di Jln. Kodeco Km 2,5 Batulicin. Kapasitas yang mampu ditampung oleh masjid ini adalah ribuan jamaah, dengan kapasitas parkir sementara untuk roda 4 sekitar 100 unit, kemudian untuk roda 2 sekitar 150 kendaraan. Kawasan parkirnya pun ditata dengan sangat rapi, terpisah antara mobil dan motor. Hal ini dilakukan agar akses untuk masuk dan keluar menjadi sangat mudah.
Pembangunan Masjid Agung Al-Falah pertama kali di gagas oleh Jhonlin Group, kemudian mulai dilaksanakan pembangunannya pada tanggal 11 April 2014. Namun, setelah proyek ditanda tangani secara resmi oleh Ketua Mahkamah Agung, pembangunan Masjid Agung mengalami beberapa kendala yang mengharuskan penundaan pembangunan selama 2 tahun.
Jika dilihat dari seni bina bangunannya jelas sekali masjid ini mengadopsi arsitektural masjid-masjid yang berada di Turki / Timur Tengah. Namun kemudian dipoles dengan beberapa unsur budaya asli dari daerah Kalimantan Selatan pada bagian interiornya. Kemudian untuk dinding masjid ini menggunakan batu granit.
Proyek pembangunannya sangat rapi karena di lakukan oleh Jhonlin Group yang bekerja sama dengan Konsultan PT. Graha Cipta Adi Prana, sedangkan untuk kontraktor pelaksananya adalah PT. Grici Mas, Jakarta.
Pembangunan Masjid Agung Al-Falah juga menjadi salah satu wujud nyata keterlibatan pihak-pihak perusahaan swasta yang turut aktif memberikan bantuan kepada program pembangunan masjid. Bantuan kemudian disalurkan melalui suatu program yang diberi nama Corporate Social Responsibility (CSR).
Jika melihat sisi bagian luarnya, dinding-dinding bagian luar membatasi area pelataran atau biasa disebut dengan plaza masjid di daerah timur tengah. kemudian 1 kubah besar berwarna keemasan di letakkan di atas ruang utama sholat. Lalu, pada bagian Utara dan Selatan masjidnya dibangun dua menara yang menjulang tinggi, ramping dengan ujung lancip berkubah keemasan. Inilah yang menjadi ciri khas dari masjid-masjid yang biasa kita temukan di daerah Timur Tengah.