Masjid Al-Munawwir dijadikan sebagai Masjid Agung untuk Kabupaten Pinrang, terletak di Jln. Jenderal Soedirman, Kelurahan Macorawalie, Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan.
Karena memang sengaja dijadikan sebagai masjid agung untuk Kabupaten Pinrang, tentu saja bangunan masjidnya didirikan tepat di pusat kota, yaitu di komplek Kantor Bupati Pinrang, dan juga Kantor DPRD Pinrang, serta Monumen Lasinrang.
Lokasi Masjid Agung Al-Munawwir bisa dibilang sangat strategis karena terletak di pertigaan Jln. Jenderal Soedirman, dan Jln. Bintang yang membentang melewati Kantor Bupati Pinrang. Masjid ini juga menjadi salah satu Landmark penting untuk Kabupaten Pinrang, dan sengaja didirikan semegah mungkin.
Pembangunan Masjid Agung Al-Munawwir digagas oleh Drs. H. Andi Nawir MP, Bupati Pinrang ke-13. Bahkan nama masjid “Al-Munawwir” juga diambil dari nama belakang beliau sebagai penggagas sekaligus pendiri masjid ini. Sebeleum Masjid Agung Al-Munawwir dibangun, keseluruhan aktifitas keislaman dipusatkan pada Masjid Raya Pinang.
Uniknya, Yayasan Masjid Agung Al-Munawwir Pinrang saat ini memiliki Studio Radio Suara Bumi Lansirang (105,8 FM) yang digunakan sebagai pemancar dan media penyiaran untuk seluruh agenda pembangunan Kabupaten Pinrang, terutama untuk program andalan dari H. Andi Aslam Patonagi SH, M.Si, MH yang menjabat Bupati saat ini. Selain digunakan sebagai media penyiaran agenda ke publik, channel radio tersebut juga bertujuan sebagai penyedia hiburan, edukasi, bahkan berbagai pelestarian budaya turut dilakukan.
Berbagai acara Islami juga turut dimasukkan seperti “Dongeng Anak Sholeh” yang sengaja disusun oleh Wahyuniar, S.Pd, M.Pd. acara seperti ini ditujukan agar pembentukan karakter anak-anak Pinrang bisa terdidik dengan baik melalui kisah-kisah Islami yang menarik untuk didengarkan.
Arsitektural Bangunan Masjid Agung Al-Munawwir
Masjid Agung Al-Munawwir memiliki arsitektur yang berbeda dengan masjid-masjid lainnya, yaitu dengan memadukan arsitektur masjid modern dengan arsitektur masjid umum Nusantara. Kubah didirikan tidak seperti kubah pada umumnya (berbentuk bundar), namun dibuat seperti bentuk piramida.
Bagian atapnya menggunakan model atap limas dengan ujung lancip ditopang oleh struktur beton segi delapan. Keseluruhan atapnya dibuat dengan susun limas bersusun tiga seperti kebanyakan masjid nursantara.
Sebanyak 4 buah menara dibangun mengapit 4 penjuru masjid, semua menara dibangun dengan serupa dan masing-masing dilengkapi dengan balkoni mirip dengan balkoni menara di Masjid Nabawi, Madinah. Sedangkan dibagian ujung menara diletakkan sebuah atap berbentuk limas, sama seperti atap pada bangunan utama masjid. Selain 4 menara yang didirikan mengapit bangunan utama, ada 1 menara lagi yang sengaja dibangun dengan ukuran paling tinggi sekaligus menjadi menara pemancar Radio Suara Bumi Lasinrang.
Keunikan lainnya juga bisa kita lihat dari ornamen yang diletakkan pada ujung atap masjid dan ujung atap menara. Ditempatkan 3 bundaran seperti ornamen di gedung sate, dan di bagian puncaknya diberian ornamen bulan sabit. Selain itu, atap masjid dan atap limasnya ternyata tida dipasang secara lurus, namun miring 45 derajat.
Jika kita masuk kedalam ruang utama sholat, kita dapat merasakan suasana yang sangat lega dimana tiang tengah yang biasanya membuat suasana terasa sempit, dihilangkan dari arsitektur masjid ini. Meskipun begitu, kekokohan bangunannya tidak perlu diragukan lagi karena seluruhanya terbuat dari beton dan cor. Suasana luas juga terjadi disaat sisi atasnya tidak diberikan plafon untuk membatasi ruangannya, sehingga ruangan terasa sangat luas dan tinggi.
Kemudian, sebuah lampu gantung berukuran besar ikut dipasang agar ruangan terasa terang. Bagian Mihrabnya dibuat dengan latar belakang warna hitam, dengan mimbar disampingnya yang terbilagn unik, karena dibuat dari kayu dan dibentuk hampir sama dengan ujung menara.