Masjid Agung Baiturrahman Rembang atau biasa disebut dengan “Masjid Baiturrahman” Saja, atau “Masjid Agung Rembang” Saja, diyakini sebagai salah satu masjid tertua di Kabupaten Rembang. Meskipun usianya masih kalah tua daripada Masjid Agung Rembang yang didirikan pada tahun 1814 Masehi, namun masjid ini memiliki riwayat sejarah yang cukup panjang mulai dari masa-masa kelam penjajahan Belanda. Konon, Kartosuwiryo, pencetus Negara Islam Indonesia juga pernah mampir ke masjid ini untuk melakukan ibadah.
Bangunan Masjid Agung Baiturrahman ini berdiri di Desa Sulang, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Tepatnya, berada di sisi Jalan Raya Rembang – Blora. Baiturrahman sendiri diambil dari salah satu nama sesepuh dan ulama yang berasal dari Desa Sulang, yang hidup pada masa-masa penjajahan belanda (sekitar 1900-an masehi). Pada awalnya, beliau hanya ingin membangun sebuah tempat ibadah, namun akhirnya masjid yang dibangun beliau juga turut digunakan sebagai pusat kegiatan dan musyawarah para pejuang kemerdekaan Indonesia kala itu. Para pejuang sering berkumpul di Masjid Agung Baiturrahman Rembang untuk menyusun strategi dalam mengusir para penjajah keji tersebut. Sehingga, bisa dikatakan bahwa Masjid ini juga dijadikan sebagai sarana untuk membangkitkan semangat juang para pejuang kemerdekaan NKRI.
Komplek Pemakaman Kerajaan Rembang
Selain bangunan utama yang terlihat kuno dan antik, ternyata di komplek masjid tersebut, tepatnya disebelah barat juga terdapat sebuah komplek pemakaman.
Orang-orang yang dimakamkan di areal tersebut merupakan orang-orang penting kerajaan Rembang, diantaranya adalah para Adibati Rembang. Raden Tumenggung Pratiktoningrat, atau lebih dikenal sebagai “Adipati Sedo Laut” yang berarti beliau meninggal di laut pada saat berlayar, maka dari itu makam tersebut sering disebut dengan makam Sedo Laut.
Komplek pemakaman yang memiliki seni arsitektural Eropa dengan bentuk segi delapan tersebut juga mencakup beberapa makam lainnya diantaranya :
Arsitektural Bangunan Masjid Agung Baiturrahman Rembang
Dahulu kala, bangunan Masjid Agung Baiturrahman Rembang hanya berupa bangunan dari kayu seadanya. Kemudian, konstruksi berupa kayu seadanya tersebut mulai rapuh dan kekohonannya pun berkurang, bahkan bangunan masjidnya sempat miring. Kemudian, pada tahun 1980-an masjid ini mengalami renovasi untuk pertama kali, dengan merubah bentuk bangunan seperti sekarang, dan mengganti dinding bangunannya dengan tembok permanen dari batu bata.
Penataan lebih lanjut kemudian dilakukan pada tahun 2012, yang menghasilkan bangunan cukup megah namun tetap klasik seperti yang kita lihat saat ini. Jangan heran jika dana yang dihabiskan untuk renovasi bangunan tersebut mencapai Rp. 1,3 milyar.
Bangunan Masjid Baiturrahman Desa Sulang ini berlantai dua, dengan konsep Tradisional Indonesia, dengan berbagai ukiran di bagian pintu masuk serta beberapa bagian yang bernuansa Timur Tengah. Dengan bangunan yang lumayan luas, saat ini Masjid Agung Baiturrahman Rembang dapat menampung hingga 2.000 jamaah sekaligus.
Bangunanya memiliki atap limasan bersusun tiga, khas bangunan tradisional, kemudian bagian fasad yang unik dengan bentuk piramida diadopsi dari seni bangunan Timur Tengah. Berbagai ukiran juga diimplementasikan dibahan-bahan kayu (Pintu, Jendela, Tiang dll).
Saat ini, bangunan masjid yang didirikan oleh Adipati Condrodiningrat pada tahun 1814 M ini sudah dimasukkan kedalam Cagar Budaya Rembang, karena meskipun sudah mengalami sekitar 6 kali pemugaran, bangunan induk tetap dipertahankan sesuai arsitektural aslinya.