Masjid Darussalam dijadikan sebagai sebuah Masjid Agung untuk Kota Palu. Terletak di Jln. WR Supratman No. 15 Palu Barat, Kota Palu, Provinsi Sulawesi tengah. Pembangunan Masjid Agung Darussalam Kota Palu ini menjadi sebuah wujud tindak lanjut dari penetapan Sulawesi Tengah sebagai “Daerah Tingkat I” pada tahun 1964 silam.
Sejarah Pembangunan Masjid Agung Darussalam Palu
Pada sekitar tahun 1975 silam, para ulama, masyarakat, dan beberapa Organisasi Masyarakat setempat mencetuskan rencana pembangunan sebuah Masjid yang akan digunakan sebagai masjid agung di daerah tersebut. Pembangunannya dimulai pada tahun 1978 dan baru selesai pada tahun 2000.
Arsitektural Masjid Agung Darussalam Palu
Masjid Darussalam memang sengaja dibnagun dengan sangat besar dan megah, hal ini mengingat bahwa masjid ini nantinya dijadikan sebagai sebuah “Masjid Agung” yang dituntut untuk dapat menampung hingga ribuan jamaah. Masjid dengan luas mencapai 2.500 meter persegi ini dapat menampung hingga 1.200 jamaah secara bersamaan, sekaligus menjadi sebuah masjid terbesar se-antero Provinsi Sulawesi Tengah.
Masjid Agung Darussalam dibangun dengan lantai dua, ruang sholat utamanya berada di lantai dua. Akses masuk ke lantai utama diberikan beberapa jejeran anak tangga langsung menuju tempat tersebut. Bangunan masjidnya dibangun sedemikian rupa dengan bentuk yang minimalis, sepi dari ornamen dibagian dalam maupun luar masjidnya.
Bangunan utama Masjid Agung Darussalam ini dibentuk dengan denah Kubus, dilengkapi dengan 1 kubah besar utama di atapnya, dengan 4 kubah kecil di 4 penjuru atapnya. Dominasi warna yang dilekatkan adalah warka Hijau dengan aksen hiasan berwarna kuning. Pada bagian dalam masjidnya pun tidak menggunakan berbagai macam ornamen, namun dibuat dengan sebersih dan seminimalis mungkin.
Sebanyak 12 tiang beton penyangga atap di masjid ini dibiarkan begitu polos tanpa ornamen sedikitpun. Beberapa hiasan hanya dapat kita temukan pada bagian dalam kubah yang memiliki beberapa lukisan motif floral.
Bangunan mihrabnya juga dibuat dengan sangat minimalis. Perbedaan dengan dinding lainnya hanyalah penggunaan keramik hitam untuk menutupi bagian pigura cerukan mihrabnya. Dengan hiasan seperti ini, meskipun tanpa ornamen yang berlebihan, keindahan didalam masjid ini tetap begitu terasa.
Bentuk mimbarnya pun tidak begitu rumit dengan ukiran-ukiran yang biasanya melekat. Secara keseluruhan, bisa dibilang desain masjid ini memang hanya menampilkan style yang sederhana, namun tetap ramah dan bersahaja. Hal ini karena dari awal, pembangunan masjid ini bukanlah hal yang terpenting, justru kegiatan masyarakat untuk menggunakan bangunan masjid ini sebagai pusat kegiatan ke-islaman lah yang menjadi pokok tujuan utama dari para ulama, pemerintah, OrMas, dan masyarakat sekitar.
Kegiatan Masjid Agung Darussalam Palu
Masjid ini juga dapat dibilang sebagai sebuah Simbol pemersatu umat karena jamaahnya berasal dari berbagai masyarakat di beberapa kecamatan di Kota Palu. Disamping itu, Masjid Agung Darussalam juga selalu digunakan sebagai pusat kegiatan keagamaan untuk masyarakat sekitar, mulai dari Maulid Akbar, Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) setingkat Provinsi, Festival Masjid Nusantara, Manasik Haji, Serta pemeberangkatan dan penyambutan jamaah Haji.
Selain itu, pada akhir tahun 2010 lalu pernah digelar kegiatan Dzikir akbar yang kita kenal dengan “Palu Berdzikir” di Masjid Agung Darussalam ini. Selain kegiatan keagamaan yang telah disebutkan diatas, berbagai kegiatan kemasyarakatan juga sering dilakukan di areal masjdi ini, seperti Karnaval, berbagai Bazar, serta berbagai kegiatan olahraga seperti Pencak Silat, Voli dan Sepakbola. Hal inilah yang menjadi poin penting dari tujuan pembangunan sebuah Masjid Agung di daerah Palu, yaitu sebagai pemersatu umat, dan menjadi sebuah pusat kegiatan masyarakat sekitar meskipun agak jauh dari kategori keagamaan.