Masjid Agung Kairouan atau juga sering disebut dengan “Masjid Uqba” merupakan sebuah masjid di Tunisia yang terletak di Kota Warisan Dunia UNESCO, Kairouan.
Sejarah Pembangunan Masjid Agung Kairouan
Didirikan oleh Jenderal Arab, Uqba Bin Nafi pada tahun 670 M (tahun 50 H menurut kalender Islam) pada pusat kota Kairouan. Bangunan masjid tersebut berdiri di area seluas 9.000 meter persegi, dan merupakan salah satu situs kebudayaan islam tertua di negara Tunisia.
Masjid Agung Kairouan merupakan salah satu monumen Islam yang paling mengesankan dan terbesar di Afrika Utara. Parimeternya hampir sama dengan 405 meter atau 1.328 kaki. Bagaimana tidak disebut megah, halamannya saja sudah berlantaikan marmer, sehingga terlihat mengkilap dan megah. Sebuah menara persegi yang berukuran cukup tinggi juga turut dibangun disalah satu sudutnya. Masjid Agung Kairouan juga menjadi salah satu mahakarya arsitektur Islam yang terkenal karena merupakan struktur bangunan yang pertama kali menggunakan busur kuda-kuda.
Lokasi Masjid Agung Kairouan ini terletak di sudut Timur Laut Madinah. Sedangkan bagian luar yang memiliki banyak penopang merupakan sudut barat laut. Masjid ini berada di distrik intramural Houmat Al-Jami, yang sangat kental hubungannya dengan jantung kota yang didirikan oleh Uqba Bin Nafi.
Arsitektural Bangunan Masjid Agung Kairouan
Bangunan Masjid Agung Kairouan dibuat berbentuk segi empat namun tidak beraturan dengan panjang sekitar 127,60 meter dari sisi timur, sedangkan dari sisi berlawanan memiliki panjang sekitar 125,20 meter. Kemudian lebar di sisi utara sekitar 72,70 meter, dan sisi selatan memiliki lebar 78 meter. Ukuran dari panjang dan lebarnya tidak beraturan sehingga menciptakan persegi empat yang tidak beraturan. Jika dijumlahkan luas keseluruhan bangunannya adalah 9.000 meter persegi.
Jika dilihat dari luar, Masjid Agung Kairouan ini merupakan sebuah bangunan mirip benteng pertahanan yang memiliki dinding masif dan tebal. Ketebalannya hingga 1,90 meter dan terdiri dari batu-batu yang ditata dengan sangat apik. Pembuatan dindingnya dibuat dari batu yang dipecah-pecah, dan batu bata yang dikeringkan.
Pada fondasi Masjid Kairouan pada tahun 670 M, Jenderal Arab dan Penakluk Uqba Bin Nafi sekaligus pendiri kota memilih lokasi pembangunan masjid di Pusat Kota, di dekat markas gubernur. Sekitar tahun 690M tak lama setelah pembangunannya, masjid tersebut hancur selama pendudukan oleh Orang Berber, atau orang-orang Kusaila.
Kemudian pada tahun 703 M, bangunan Masjid Agung Kairouan di bangun kembali oleh jenderal Ghassanid Hasan Ibnu Al-Nu’man pada tahun 703. Pembangunan ulang dilakukan seiring bertambahnya populasi Kairouan secara bertahap memeluk agama islam.
Hal yang sangat unik bisa kita lihat dari arsitektural menaranya. Dalam sejarah arsitektural, menara tiga lantai milik Masjid Agung Kairouan dianggap sebagai mahakarya dan model di antara monumen arsitektural Muslim yang paling bergengsi meskipun sudah berumur sangat tua.
Arsitektural bangunan dan Dekorasi annotasi masjid terlihat sangat indah dengan fasad di sisi kiri, dan menara di sisi kanan. Aula Sholat Utama dilengkapi dengan atap berkubah besar.
Untuk areal pelataran masjid ini dibuat dengan sangat luas dengan bentuk trapesium dengan ukuran sekitar 67 x 52 meter. Pelataran tersebut dikelilingi oleh serambi di keempat sisinya. Bangunan serambi yang terbuat dari batu granit atau porfiri ini terakhir ditemui pada saat pembangunan masa Romawi Kuno, atau Kristen Awal, atau masa-masa Bizantium, sehingga bisa dibilang bangunan tersebut sudah melewati 3 zaman sekaligus dan tetap berdiri kokoh hingga saat ini.