Bangunan Masjid Agung Kebumen didirikan di Jln. Pahlawan No. 197, Desa Kutosari, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa tengah. Bangunan masjid ini dijadikan sebagai Masjid Agung untuk Kabupaten Kebumen, sehingga pemilihan lokasinya tentu saja diletakkan di alun-alun Kabupaten Kebumen. Lokasinya tepat berada di komplek pusat pemerintahan Kabupaten Kebumen, dekat dengan rumah dinas bagi Bupati Kebumen. Beberapa kantor-kantor pemerintahan terlihat berjejer di komplek wilayah ini.
Sejarah Pembangunan Masjid Agung Kebumen
Pembangunan Masjid Agung Kebumen pertama kali dilakukan oleh KH. Imanadi, atau Putra dari Kiai Nurmaden yang memiliki gelar sebagai Pangeran Nurudin bin Pangeran Abdurrahman (Kiai Marbut Roworejo). Pembangunan dilakukan pada tahun 1832, sehingga jika di kalkulasikan secara umur pembangunan pertama kali, Masjid Agung Kendal menjadi yang tertua di wilayah Kabupaten Kebumen.
Menurut cerita turut yang beredar, KH. Imanadi selaku pendiri masjid ini merupakan salah seorang ahli fikih dan juga ahli hukum ketatanegaraan yang juga turut aktif dalam membantu perjuangan Pangeran Diponegoro dalam perang melawan penjajah Belanda. Pada masa itu, bahkan beliau juga pernah ditangkap dan ditahan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Pada saat Kebumen dipimpin oleh Aroeng Bingang IV, KH. Imanadi dibebaskan dari penjara kemudian diangkat menjadi Penghulu Landrat (Kepala Kantor Departemen Agama / Pengadilan Agama), dan di hadiahi sebuah tanah luas di barat Alun-Alun Kebumen yang saat ini kita kenal dengan Dusun Kauman.
Kemudian cerita berlanjut, pada sekitar tahun 1832, tanah yang merupakan hadiah dari Aroeng Bingang IV kepada KH. Imanadi sebagian diwakafkan untuk pembangunan Masjid Agung Kebumen ini. Kemudian pada tahun 1836, serambi masjid untuk Masjid Agung Kebumen mulai didirikan. Sebagai informasi, KH. Imanadi selaku pendiri Masjid Agung Kebumen di semayamkan di Dusun Pesucen, Wonosari.
Peninggalan KH. Imanadi Yang Masih Asli Hingga Kini
Ada beberapa artefak asli yang masih digunakan hingga kini, dan masih asli dari zaman KH. Imanadi, yaitu dua bedug yang bernama Bedug Ijo Manung Sari (Bedug Hijau) dan Bedug Biru dengan ukuran lebih kecil. Uniknya, kedua bedug tersebut hanya dibunyikan pada saat hari jum’at dan pada saat perayaan hari-hari besar islam saja.
Arsitektural Masjid Agung Kendal
Masjid Agung Kendal tentu saja pada awalnya juga memiliki bangunan khas Nusantara dengan ciri khas atap limas berusun. Ciri khas tersebut tetap dipertahankan hingga kini, namun hanya dilakukan perluasan pada bangunan dan pergantian pada struktur penyangga dan atapnya. Sebuah menara yang menjulang tinggi juga turut dibangun terpisah dari bangunan utamanya.
Bangunan Masjid Agung Kebumen saat ini sudah dibangun dengan dua lantai. Ruangan utama tempat sholat ditempatkan di lantai dasar, dengan pembagian separuh bagian depan untuk jamaah laki-laki, dan separuh bagian belakang untuk jamaah wanita. Sedangkan lantai dua digunakan untuk ruang tambahan sholat jika pada lantai dasar sudah tidak cukup untuk menampung jamaah. Selain itu, dua serambi masjid yang terletak di bagian luar juga sering difungsikan sebagai ruang sholat tambahan pada saat hari-hari besar islam datang.
Dibagian luar masjid terdapat gapura unik dengan dua menara yang sangat ramping dengan masing-masing puncaknya dihiasi dengan kubah metal berukuran kecil. Kubah kecil dengan desain yang sama juga turut dipasang di bagian puncak dari atap limas bersusun.
Masuk kedalam masjid, kita akan menemukan suasana ruangan yang megah namun dengan perpaduan suasana klasik yang begitu kerasa. Suasana modern dapat ditemukan di beberapa dinding serta bagian mihrab. Sedangkan nuansa klasik dapat ditemukan dari beberapa tiang penyangga masjid yang terbuat dari kayu berukuran besar, serta mimbar yang juga terbuat dari kayu ukir.