Tasikmalaya adalah salah satu kota yang berada di Jawa Barat. Tasikmalaya sangat khas dengan tanah sunda. Dari segi bahasa dan juga makanan menjadi daya tarik sendiri yang dimiliki oleh Tasikmalaya. Disana juga terdapat sebuah bangunan masjid yang menjadi kebanggaan warga Tasikmalaya karena memang mayoritas dari penduduknya adalah beragama islam. Masjid tersebut bernama masjid Agung Kota Tasikmalaya. Lokasi masjid tersebut sangat strategis karena berada di sebuah persimpangan jalan Jalan. K.H. Z Mustofa, Jl. Dr. Soekarjo, Jalan Yudanegara, Jalan Otto Iskandar Dinata yang berada di pusat kota Tasikmalaya.
Jika dilihat dari segi bangunannya, masjid Agung Tasikmalaya memiliki desain kontemporer yang berdiri megah di atas lahan seluas 7.215 meter persegi. Sedangkan luas dari bangunan masjid tersebut mencapai 2.456 meter persegi. Proses pembangunan masjid Agun Kota Tasikmalaya pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Raden Tumenggung Soeria Atmadja. Pada saat itu beliau adalah seorang Bupati Sumedang. Lalu seiring dengan proses pembangunan masjid tersebut akhirnya selesai pada tahun 1888 Masehi atau di tahun 1307 Hijriyah. Namun setelah rampung dan diresmikan, ternyata masjid Agung tersebut diserahkan kepada Patih Tasikmalaya yang bernama Raden Demang Soekma Amidjaja yang merupakan penghulu Raden Aji Aboebakar. Pada awalnya bangunan masjid Agung Tasikmalaya sangat mirip dengan gaya dari bangunan masjid Agung Demak. Hal tersebut dikarenakan masjid tersebut dibangun pada masa dahulu dan mengacu referensi struktur dari bangunannya kepada masjid Agung Demak.
Karena telah dibangun sejak lama, masjid Agung Tasikmalaya juga pernah mengalami beberapa kali renovasi. Namun pada akhirnya perbaikan masjid tersebut kembali kepada bentuknya yang terkesan megah. Pada awalnya renovasi masjid pertama kali dilakukan pada tahun 1923. Tepatnya di masa kepemimpinan Bupati Raden Adipati Wiratanuningrat. Kemudian dilakukan kembali renovasi masjid kedua pada tahun 1939 oleh Bupati RTA Wiradiputra. Selanjutnya pada tahun 1970-an kembali dilakukan renovasi masjid yang ketiga pada masa kepemimpinan Bupati Husein Wangsaatmadja.
Renovasi masjid tersebut terus dilakukan dari setiap bentuk bangunan masjid yang terus berubah pada sekitar tahun 1928 hingga di tahun 1987 pada masa pemerintahan Bupati Hudli. Lalu masjid Agung Tasikmalaya dilakukan perombakan secara total pada saat dibawah pimpinan Bupati Suryana WH pada tahun 2002. Pada saat perombakan total tersebut telah menghabiskan dana sebesar Rp. 7.9 miliar. Setelah selesai dirombak secara keseluruhan, masjid Agung Tasikmalaya kembali diresmikan dengan hadirnya beberapa ulama serta tokoh penting dan juga masyarakat yang ikut bahagia menyambut hadirnya bangunan megah tersebut.
Dalam arsitekturnya, masjid Agung Tasikmalaya memiliki filosofi islam tersendiri. Dengan atapnya yang berjumlah lima yang mencerminkan dari kewajiban sebagai muslim dalam menjalankan shalat tepat lima waktu. Selain itu juga mencerminkan sebagai rukun islam yang jumlahnya ada lima. Pada bagian menara masjid terbagi menjadi tiga. Hal itu mencerminkan dari tingkat kesempurnaan sebagai seorang muslim yang berasal dari Iman, Islam dan Ihsan. Selanjutnya, menara masjid Agung Tasikmalaya mencapai tinggi 33 meter yang memiliki makna sebagai simbol Dzikrullah dalam bentuk Tasbih, Tahmid dan Takbir.
Dinding luar bangunan masjid Agung Tasikmalaya berwarna putih sedangkan atap dan bagian atap kubah masjid berwarna keemasan yang begitu mencolok dan indah. Tak hanya difungsikan sebagai tempat beribadah, masjid Agung Tasikmalaya juga merupakan sebuah tempat untuk melakukan berbagai aktivitas keislaman lainnya yang sangat didukung oleh masyarakat setempat juga Pemerintah Kota Tasikmlaya.