Masjid Agung Majalaya terletak di Jln. Masjid Agung No.13, Kelurahan Majalaya, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Masjid Agung Majalaya di tengah-tengah keramaian pasar Majalaya, berdampingan dngan KUA (Kantor Urusan Agama) kecamatan Majalya dan Alun-Alun Kota Majalaya. Pada komplek Masjid Agung Majalaya ini juga berdiri kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan juga Badan Amil Zakat (BAZ) untuk wilayah kecamatan Majalaya.
Majalaya menjadi nama Desa sekaligus nama kecamatan di daerah Bandung, Jawa Barat. Jika dilihat dari geografisnya, wilayah Majalaya memiliki ketinggian 680 meter dari permukaan laut, sehingga jika berkunjung ke areal ini, anda akan merasakan sensasi sejuk luar biasa. Kota Majalaya juga pernah mendapatkan julukan unik, yaitu “Kota Dollar” dimana perkembangan ekonominya sangat pesat. Pada pusat kota Majalaya dari zaman penjajahan kolonial Belanda sudah berdiri sebuah masjid agung yang hingga saat ini masih berdiri kokoh meskipun pemugaran juga sudah dilakukan beberapa kali.
Arsitektural Masjid Agung Majalaya
Bangunan Masjid Agung Majalaya memiliki gaya arsitektur yang sangat mirip dengan Masjid Demak di Jawa Tengah, memiliki atap berdenah limas bertumpang empat. Disetiap tingkatan, atau disela-sela atap limas terdapat jendela kaca yang berukuran kecil yang difungsikan sebagai ventilasi udara dan cahaya matahari.
Seperti masjid-masjid tradisional pada umumnya, Masjid Agung Majalaya memiliki 4 Soko Guru sebagai tiang penyangga struktur atap tumpangnya. Soko Guru tersebut dibuat dengan bentuk bulat berdiameter 50 cm. Sedangkan untuk pondasi 4 Soko Guru tersebut terdapat Umpak Batu berwarna putih berbentuk segiempat yang berasal dari daerah Demak.
Ruang utama masjidnya dibuat dengan ukuran 14,70 x 14,7 meter, dengan pintu masuk ruang utama berada di sisi timur dengan ukuran 1,95 x 2,23 mter. Sementara itu disisi utara dan selatan terdapat dua pintu masuk lainnya, untuk jamaah pria dan wanita.Pintu masuk masjid ini didesain dengan bentuk lengkungan dibagian atasnya, serupa dengan pintu masjid yang berada di Timur Tengah.
Kedua pintu yang berada di sisi utara dan selatan tersebut mengarah langsung kepada tempat berwudhu untuk pria dan wanita. Pintu utama tidak dibuka jika tidak pada saat manjing-nya waktu sholat, namun pintu disamping tetap terbuka sepanjang waktu.
Pada bagian Ruang Utama-nya terdapat serambi dengan beberapa jendela pada dindingnya. Ruang mihrab pada Masjid Agung Majalaya dibangun dengan cukup unik, yaitu pada bagian atapnya dibentuk dengan pola setengah lingkaran, kemudian terlihat menonjol keluar bangunan. Kemudian pada bagian dinding mihrabnya dihiasi dengan dekorasi berbentuk lengkungan warna hijau dibeberapa bagian sudutnya.
Bagian tembok masjidnya menggunakan Batu Bata Press Sayati atau biasa disebut dengan Kopo Sayati. Kemudian pada bagian luarnya digunakan Batu Bata Press buatan pabrik milik Belanda. Lantai masjid dibagian dalam menggunakan keramik.
Kemudian pada teras masjid terdapat Kenthongan yang sudah berumur tua , dan diberikan nama “Gemper Sekaten” yang dibuat pada tangal 24 Juni 1941. Kenthongan atau biasa disebut dengan Kohkol tersebut dibuat dari kayu jati Jepara, dengan panjang sekitar 1,70 meter. Ada sejarah unik dibalik Kenthongan tersebut, yaitu Kenthongannya pernah diberikan tarif satu benggol untuk seseorang yang ingin memukulnya.
Masjid yang dibangun pada tahun 1940-an ini pada saat dibangun pertama kali menghabiskan dana sekitar 15.000 Gulden. Kemudian pada tahun 1942 bangunan masjid baru mulai digunakan oleh masyarakat sekitar. Barulah pada tahun 1982 dilakukan renovasi pada beberapa bagian bangunan yang sudah rusak seperti tempat wudhu.