Masjid Aimmatil Mujtahidin yang dibangun dengan cukup megah ini terletak di Jln. Raya Syekh Quro, Desa Lemahabang, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Bangunan masjidnya tidak terlalu jauh dari Pasar Wadas, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang.
Masjid yang cukup nyentrik ini dibangun dengan lantai dua, dengan halaman parkir yang dibuat cukup luas di lokasi yang memang cukup representatif. Karena terletak di sisi jalan raya yang ramai, dan tidak jauh dari pusat keramaian, tentu saja pengunjung masjid ini selalu ramai setiap harinya.
Pembangunan Masjid Aimmatil Mujtahidin
Jika merujuk pada sebuah prasasti pembangunan yang diletakkan di bagian depan ruang utama, Masjid Aimmatil Mujtahidin ini disebutkan bahwa mulai dibangun pada tanggal 16 Februari 2001 / 22 Dzulqo’dah 1421 H. Pembangunannya selesai dan mulai diresmikan penggunaannya pada tanggal 19 Oktober 2001 / 2 Sya’ban 1422. Memang pembangunannya bisa dibilang begitu cepat, mengingat bangunannya yang cukup megah. Kecepatan pembangunan yang terakselerasi tersebut tidak luput dari peran masyarakat sekitar yang selalu bergotong-royong tanpa pamrih dalam proses pembangunan masjid ini.
Bangunan Masjid Aimmatil Mujtahidin dibangun dengan dua lantai. Pintu utama masjid diposisikan menghadap langsung ke sisi utara, atau menghadap jalan raya. Kemudian, pintu akses lainnya diletakkan di sisi timur, dan sisi selatan yang menghadap ke tempat wudhu dan toilet.
Untuk menghindari genangan air pada waktu musim penghujan, bangunan masjidnya di tinggikan beberapa puluh sentimeter dari tanah sekitarnya, dan ditempatkan beberapa anak tangga yang menghubungkan langsung dari beranda masjid ke bagian pekarangan.
Arsitektural Masjid Aimmatil Mujtahidin
Rancang seni bina bangunan yang diterapkan pada Masjid Aimmatil Mujtahidin ini tergolong unik, karena memadukan beberapa unsur minimalis dipadukan dengan budaya tradisional Indonesia. Bangunan masjid ini dibentuk dengan denah segi empat simetris, dengan pintu utamanya yang melengkapi bagian beranda. Kemudian, pada bagian atapnya dibuat dengan bentuk kerucut bersegi delapan yang runcing.
Sebuah menara dengan bentuk yang cukup sederhana juga turut dibangun di sudut barat laut dari bangunan utamanya. Menaranya dibuat dengan berlubang, artinya bukan berbentuk sebuah ruangan, namun pada bagian puncaknya dibentuk semacam gubuk kecil / gazebo yang digunakan sebagai tempat pengeras suara.
Jika kita masuk kedalam bangunan utama, rancangan mihrab dan juga pintu masuk masjid ini dibuat secara senada, kemudian dibuat dengan desain seperti sebuah gapura berujung segitiga. Pada bagian mihrab dibuat sebuah cerukan dengan desain setengah lingkaran, kemudian di sisi kiblatnya dilengkapi dengan 5 buah garis vertikal yang terbuat dari Glass Wall. Fungsi dari Glass Wall ini adalah untuk memberikan cahaya alami bagi penerangan di ruangan masjidnya.
Sedangkan jika dilihat dari sisi ornamennya, masjid ini penuh dengan hiasan kaligrafi yang melingkari ruangan mihrab. Kemudian, sebuah mimbar kayu minimalis dengan bentuk podium di letakkan di dalam mihrab tersebut. Meskipun ditambah dengan dengan mimbar berupa podium, namun ruangan mihrab tersebut tetap terasa luas.
Sebagai penerangan ruangan, dilengkapi pula dengan sebuah lampu gantung antik dengan warna tembaga, menjuntai dari atap limasan diatas ruang utama tempat sholat. Rancangan lampu gantung ini bisa dibilang cukup unik, dan kuno, namun saat ini tetap menggunakan listrik. Untuk plafon pada bagian ruang utamanya dihiasi dengan warna kuning dan hijau.
Lantai dasar masjid ini dilengkapi dengan dua jendela di setiap sisinya, sedangkan untuk lantai atas diberikan tiga jendela di setiap sisinya. Bentuk jendela tersebut juga senada dnegan bentuk mihrab dan pintu di Masjid Aimmatil Mujtahidin.