Masjid Al-Hurriyah adalah sebuah bangunan masjid yang berdiri dengan kokoh di lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Provinsi Jawa Barat.
Pembangunan Masjid Al-Hurriyah dimulai pertama kali pada tahun 1965. Pada saat awal pembangunan, ukuran bangunannya relatif kecil dan masih terletak di tengah-tengah hutan karet, yang juga menjadi kondisi awal Kampus IPB pada masa itu. Pada tahun 1992, Perluasan dilakukan dengan menambahkan bangunan Masjid Al-Hurriyah yang kedua, ditempatkan di sebalah bangunan masjid asli. Saat ini, bangunan keseluruhan Masjid Al-Hurriyah dapat menampung hingga 5.000 jamaah sekaligus.
Bangunan Masjid Al-Hurriyah atau Masjid Kampus IPB ini juga menjadi salah satu dari 7 masjid kampus termegah di Pulau Jawa. Tidak diketahui siapa yang membangun desain pertama kali, namun untuk pembangunan yang kedua di arsitekturi oleh Ahmad Noe’man, seorang maestro dalam bidang arsitektural masjid-masjid di Indonesia, yang juga merancang bangunan masjid megah At-tin, dan Masjid Salman ITB (Institut Teknologi Bandung).
Desain yang paling utama dari bangunan masjid ini terlihat dari bentuk segitiga yang sekaligus menjadi rangka utama untuk bangunannya. Bentuk tiang seperti ini dapat membuat ruang sholat utama menjadi cukup luas, karena tiang penopang yang digunakan relatif minim, sehingga tidak mengurangi porsi jamaah di bagian tengah ruangannya. Rancang bangunan seperti ini juga ditujukan untuk memaksimalkan ventilasi alami untuk cahaya dan udara di dalam masjid.
Dominasi bangunan berbentuk segitiga ini juga ditujukan untuk menyelaraskan bentuk utama bangunan IPB. Selain itu, Ahmad Noe’man juga memakai struktur yang sudah terbukti paling stabil di Indonesia, yaitu struktur bangunan atap segitiga. Sehingga, tahan dengan berbagai guncangan.
Bangunan Masjid Al-Hurriyah terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama digunakan untuk tempat berwudhu, toko buku, perpustakaan dan aula serba guna. Kemudian lantai kedua digunakan untuk ruang sholat utama jamaah laki-laki, serta difungsikan untuk beberapa ruangan yang dinamai dengan Khalifah nabi secara berurutan. Lantai ketiga difokuskan untuk ruang sholat wanita, dan diberikan akses tersendiri agar antara jamaah laki-laki dan perempuan tidak bertatap muka pada waktu masuk ke dalam areal sholat masing-masing.
Dibagian luar masjid terdapat taman hijau yang sangat luas, dapat digunakan sebagai tempat beristirahat maupun bersantai bersama keluarga. Kemudian, dibangun pula kediaman ketua Dewan Keluarga Masjid, dan juga perumahan untuk pemuda pengurus masjid. Hal ini dilakukan agar Masjid Al-Humariyah senantiasa terawat dengan baik, dan sholat jamaah tidak pernah terlambat.
Masuk kedalam masjid, kita akan disuguhkan dengan pemandangan yang bagitu indah dari rangka bagian penotap atap yang dibentuk desain segitia beraturan yang terbuat dari besi.kemudian diatas struktur tersebut terdapat lantai kedua, yang dibangun dengan desain mezanin. Pada bagian lantai masjid dibuat dengan sangat bersih dilapisi dengan keramik berwarna gelap, dengan keramik penanda shaff berwarna hitam.
Beberapa ventilasi cahaya matahari juga tampak sangat indah menyinari lantai tersebut. Untuk bagian mihrabnya dibuat dengan cukup sederhana, dengan desain persegi panjang. Kemudian pada dinding bagian mihrab diberi hiasan kaligrafi dan asmaul husna. Sebuah mimbar dari kayu berbentuk podium juga turut ditaruh di samping imaman. Tujuan mimbar kecil tersebut adalah agar ruangan imaman terasa lebih luas.
Pada bagian kiri mihrab terdapat sebuah jam kayu tua. Dan disamping kanan kiri mihrab terdapat satu lemari kayu yang digunakan sebagai tempat penyimpanan buku dan beberapa alat sholat. Secara keseluruhan, arsitektural bangunannya terlihat sangat menakjubkan dan tidak lumrah digunakan di mayoritas bangunan masjid pada umumnya.