Keberadaan bangunan masjid di Nusantara yang tersebar di masing-masing wilayah menjadikan para jamaah atau umat muslim mudah untuk melaksankan ibadahnya. Karena dimana pun para umat muslim dapat menemukan bangunan masjid di setiap tempat. Salah satunya adalah bangunan masjid yang berada di wilayah Mataram Nusa Tenggara Barat. Masjid tersebut berlokasi di Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bangunan masjid tersebut bernama Bengak Al-Raisiyah.
Masjid Al-Raisiyah dikenal juga dengan nama Masjid Bengak. Masjid tersebut berdiri kokoh di antara perkampungan warga yang berada di Sekarbela. Ternyata masjid Bengak Al-Raisiyah ini merupakan peninggalan dari tokoh islam yang bernama Gaus Abdul Razak. Beliau seorang tokoh yang sangat terkenal dan juga disegani oleh masyaraatnya dimasanya beliau hidup. Gaus Abdul Razak sendiri hidup pada abad ke 17 Masehi.
Masyarakat sekitar biasanya menyebut nama masjid tersebut dengan nama masjid ‘Bengak’. Penyebutan nama tersebut memiliki arti dari bahasa daerahnya sendiri yaitu ‘heran’. Hal tersebut berdasarkan dari sejarahnya. Tak lepas dari peran seorang Gaus Abdul Razak pada awal penyebaran agama islam diwilayah tersebut. Tetapi ternyata di wilayah tersebut merupakan daerah yang sulit untuk mendapatkan air bersih. Kemudian pad asaat Gaus Abdul Razak sedang melaksanakan pengajian dan beliau juga yang mempin pengajian tersebut tiba-tiba keluar air yang deras dari dalam tanah. Gaus Abdul razak sendiri memimpin pengajian tersebut di sebuah masjid yang pada masa itu masih sangat sederhana. Pada saat itu pula para jamaah yang sedang mengikuti dan mendengarkan pengajian tersebut merasa terheran-heran atas kejadian yang luar biasa itu. Berkat adanya air itu juga menjadikan para masyarakat sekitar tersadar dan akhirnya memeluk agama islam.
Bangunan masjid Bengak Al-Raisiyah telah dilakukan empat kali renovasi. Pertama kali renovasinya dilakukan karena akibat dari terbakarnya masjid tersebut yang berasal dari peperangan antara masyarakat Sekarbela. Masyarakat tersebut menuntut agar Tuan Guru Padang Reak segera menginginkan kematiannya. Dan pada saat itu juga bangunan dari masjid tersebut masih sederhana dengan bangunannya berbentuk persegi dan dindinya dari bedek. Atap masjid pun berasal dari Rumbia dan lantai nya masih beralaskan tanah. Kemudian setelah kebakaran akhirnya masjid tersebut direnovasi untuk pertama kalinya oleh TGH Mustafa dan TGH Moh. Toha. Meskipun sudah dilakukan perbaikan namun hingga saat ini masih terdapat peninggalan yang masih tersedia, yaitu sebuah ukiran kaligrafi yang menarik dengan tertulis angka 1350 Hijriyah.
Selanjutnya masjid tersebut kembali dilakukan renovasi pada tahun 1980 M atas gagasan dari TGH M. Rais. Perbaikan tersebut merubah pada bagian atap masjid yang diganti menjadi genteng. Lalu dibangun kembali di tahun 1974 oleh TGH Muktamat Rais yang merupakan putra dari TGH Muhammad Rais. Sambil berjalannya waktu, maka jamaah masjid semakin banyak serta banyak juga kegiatan yang dilaksanakan di masjid tersebut. Maka dilakukan lagi renovasi masjid dengan desai baru mengadopsi dari Timur Tengah dengan lantai tiga. Untuk membangun masjid Bengak Al-Risiyah menghabiskan dana sekitar Rp. 6 miliar.
Dengan adanya perbaikan masjid yang dilakukan hingga berapa kali, tak heran jika kini masjid Bengak Al-Raisiyah terlihat lebih modern dan megah. Bahkan bangunannya pun mniru masjid Nabawi. Meskipun sudah berubah menjadi bangunan masjid yang lebih menarik, namun masjid Bengak Al-Raisiyah memiliki sejarahnya yang sangat luar biasa dan selalu dikenang oleh masyaarakat sekitar. Sehingga masjid ini selalu dipenuhi oleh para jamaah hingga saat ini.