Masjid besar Al-Hidayah, sesuai namanya memang bangunannya lumayan besar, dengan dua lantai, dan bisa dibilang cukup megah di keseluruhan bangunannya. Bangunan masjidnya terletak di ruas jalan Imam Bonjol, Kampung Cibitung Kaum, Ds. Telaga Asih, Kec. Cikarang Barat, Kab. Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Ruas jalan tersebut adalah ruas jalan raya yang menghubungkan antara Cibitung dan Cikarang.
Masjid Besar Al-Hidayah ini seringkali digunakan sebagai tempat untuk penyelenggaraan pengajian untuk Kecamatan Cikarang Barat. Bebeberapa Da’I Kondang Indonesia tentu saja pernah memberikan ceramahnya di masjid ini, salah satunya adalah Ustadz Arifin Ilham.
Pembangunan Masjid Al-Hidayah ini semakin terus berlanjut dan berkembang, agar menjadi sebuah masjid yang sangat megah. Seperti kebanyakan bangunan masjid yang terletak di sisi timur pinggir ruas jalan, tentu saja masjid ini memiliki mihrab yang menghadap ke jalan raya. Sedangkan untuk pintu utama ditaruh disisi timur, dengan halaman yang bisa dibilang cukup luas.
Bngunan induk masjid ini dibangun dengan struktur beton berlantaikan dua dengan void di bagian depannya. Pada bagian lantai atas biasanya hanya dipakai untuk menampung jamaah sholat jum’at dan juga pada sholat 2 hari raya, serta beberapa peringatan hari besar islam lainnya yang membutuhkan ruang yang luas.
Beberapa kegiatan tabligh akbar juga turut dilakukan rutin, dengan narasumber Ustadz-Ustadz kondang seperti Ustadz Ahmad Al-Habsy.
Arsitektural Masjid Besar Al-Hidayah
Masjid Besar Al-Hidayah dibangun dengan arsitektural modern dengan implementasi bangunan masjid universal. Bangunannya memiliki kubah besar, dengan sebuah menara yang menjulang tinggi. Kubahnya diwarnai hijau tua seperti kubah di Masjid Nabawi Madinah. Sedangkan untuk menara besarnya terlihat menjulang tinggi dari atap bangunan sekitarnya.
Kubahnya dibuat dari beton dengan ornamen bulan sabit pada puncaknya. Sedangkan menaranya dibuat lumayan unik, karena bagian tengah lebih besar daripada bagian dasarnya. Kemudian memanjang tinggi dengan puncak lancip dengan ornamen bulan sabit juga.
Pada bagian sisi selatan bangunan induknya dibangun sebuah bangunan tambahan yang hampir sama luasnya dengan bangunan utamanya. Bangunan tambahan tersebut juga didirikan dengan lantai dua, dengan maksud untuk tambahan ruang untuk jamaah yang tidak tertampung lagi. Menurut pengalaman yang pernah dilalui, jamaah akan penuh sesak hingga meluber ke jalanan pada waktu perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan. Sehingga, dibutuhkan bangunan sekunder lain yang dapat menampung lebih banyak jamaah lagi, agar proses perayaan hari besar menjadi lebih khidmat dan tidak khawatir dengan panas maupun hujan.
Tempat Wudhu untuk masjid ini disediakan di sebelah bangunan tambahan tersebut. Tempat wudhu untuk jamaah laki-laki buat memanjang di koridor. Beberapa kran air dipasang langsung disebuah bak penampungan air dari batu bata dan semen. Sedangkan untuk tempat wudhu jamaah wanita diletakkan dibagian terpisah.
Untuk tempat sholat wanita di hari-hari biasa disediakan sebuah ruangan terpisah, sehingga kenyamanan dan kekhusuk’an sholat lebih terjamin. Di ruangan jamaah wanita diletakkan satu almari dengan persediaan mukena bersih yang dapat digunakan untuk para musafir yang singgah dan ingin melakukan sholat namun lupa tidak membawa mukena.
Lantai dari keseluruhan bangunannya dilapisi dengan keramik berwarna putih bersih. Juga seluruh ruangan hampir dipenuhi dengan warna putih bersih saja, kecuali pada bagian plafon yang dilapisi dengan warn abiru laut.
Sebanyak 6 tiang penyangga dipasang diruang sholat utama, ditambah dengan beberapa tiang penyangga sekunder di sekelilingnya.