Masjid Gammalamo Jailolo terletak di Ds. Gamlamo, Kec. Jailolo, Kab. Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Masjid ini sudah tergolong masjid yang tua di daerah Kabupaten Halmahera Barat, karena memang menjadi salah satu peninggalan dari Masa Pemerintahan Kesultanan Jailolo.
Sejarah dan Pembangunan Masjid Gammalamo Jailolo
Pembangunan Masjid Gammalamo Jailolo ini pertama kali dilakukan pada tahun 1902, berdiri diatas tanah wakaf seluas 300 meter persegi, dan bangunan utamanya mencapai 150 meter persegi. Berarti sampai sekarang umur masjid ini sudah mencapai lebih dari 1 abad / 100 tahun.
Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Suku Moro, yaitu suku tertua yang hidup di Jailolo. Rakyat Suku Moro tersebut bersepakat untuk membangun sebuah tempat ibadah (masjid) dengan swadaya mereka tanpa bantuan dari pihak lain, karena memang pada abad ke-19 belum marak bantuan-bantuan dari negeri Timur Tengah seperti saat ini. Seluruh suku di Jailolo yaitu Suku Wayuli, Porniti, dan Moro saling bahu membahu dalam pembangunan masjid dengna memberikan kontribusi Soko Guru (Tiang Kaba) yang digunakan sebagai penyangga bangunan atapnya. Empat Soko Guru tersebut menjadi sebuah simbol persatuan dan kesatuan masyarakat Jailolo, meskipun beberapa suku disana yang notabene tidak beragama Islam.
Kesultanan Jailolo pada saat itu memang tidak terkenal seperti Kesultanan Ternate, Tidore dan Bacan. Namun, Masjid Tua Jailolo atau Masjid Gammalamo ini masih terpelihara dengan baik dengan bangunan aslinya. Hal ini lah yang kemudian menjadi nilai plus untuk masyarakat Jailolo yang senantiasa mempertahankan keaslian dari masjid tersebut. Yang lumayan unik adalah ada peninggalan tua dari Penjajahan Belanda yang masih awet terawat dibagian halaman masjidnya, yakni sebuah menara dengan panjang 2,9 meter. Dulunya, meriam ini digunakan sebagai penanda untuk datangnya waktu sahur dan berbuka puasa pada saat bulan Ramadhan tiba, mengingat tidak semua masyarakat yang memiliki Jam matahari ataupun jam analog.
Masjid Gammalamo ini memiliki sejarah yang panjang karena pernah dijadikan sebagai basis perjuangan melawan penjajah Belanda seperti pada Perang Jailolo, atau biasa disebut dengan Rogu Lamo Jailalo. Peperangan tersebut dilakukan pada tahun 1914, dan bangunan Masjid Gammalamo ini digunakan sebagai benteng, tempat bermusyawarah, dan juga sebagai tempat menyusun strategi melawan penjajah Belanda. Masjid Gammalamo ini juga digunakan sebagai basis pertahanan untuk menghalangi suksesnya Misi Kristenisasi yang dilakukan oleh pihak Belanda, karena pada saat itu selain menjajah secara materi, ternyata penjajah juga sering memaksa para masyarakat untuk memeluk agama mereka yaitu Kristen.
Dengan umur yang sudah lebih dari 1 abad, Masjdi Gammalamo ini juga menjadi masjid tertua yang ada di Kabupaten Halmahera. Beberapa kali renovasi memang telah dilakukan di masjid ini, namun secara garis besar renovasi tersebut hanya memperbaiki beberapa bangunan yang rusak, dan tetap mempertahankan seni arsitektural asli dari Masjid ini Lokasinya berada di pesisir pantai Teluk Jailolo, sehingga eksistensi umat muslim di Jailolo benar-benar terlihat sangat kental karena sudah terdidik dari 100 tahun lalu.
Sebelum mengalami renovasi, Bangunan Masjid Gammalamo Jailolo ini masih berupa sebuah langgar / musholla / surau yang digunakan sebagai tempat sholat jamaah. Kemudian pada sekitar tahun 1920-an, bangunannya dipindahkan ke lokasi yang baru dan diberi nama “Masjid Al-Kabir” atau “Masjid Besar”.
Kemudian pada tahun 1960-an renovasi kemudian dilakukan kembali tanpa mengubah desain arsitektural asli bangunannya. Setelah renovasi tersebut namanya kemudian di rubah menjadi “Masjid Al-Amin”.
Pada tahun 1993, muncul anak cucu keturunan asli dari Sultan Jailolo, yang kemudian mengklaim masjid tersebut sebagai masjid kesultanan. Akhirnya, Masjid Al-Amin dirubah namanya kembali menjadi “Masjid Gammalamo” seperti yang kita kenal saat ini.