Masjid Al-Ma’mur Kalijaya terletak tidak jauh dari lokasi Terminal Baru Cikarang. Jika kita bergerak dari terminal, maka jalan kaki pun sudah dapat sampai pada masjid ini. Selama perjalanan kita akan melihat sederetan toko dan kios aksesoris, serta toko jajanan yang dinaungi oleh pohon mahoni besar yang berjejer di sepanjang jalan raya Hos Cokroaminoto. Lokasi dari arah terminal, kita dapat menemukannya di sisi jalan sebelah kiri, sehingga para pengendara tidak perlu untuk putar balik ataupun menyebrang untuk menuju masjid ini. Apalagi, jalur dari Terminal Baru Cikarang tersebut merupakan jalan satu arah, sehingga akan lebih mudah untuk mengaksesnya dari arah Terminal.
Majsid Jami’ Al-Ma’mur Kalijaya ini terletak di pinggir ruas jalan raya yang menghubungkan Kota Karawang dan Bekasi. Sehingga, jalur ini selalu ramai oleh para pengguna jalan lokal, maupun yang memang sengaja menuju ke Bekasi maupun Cikarang. Jadi, ta heran jika setiap harinya masjid ini selalu ramai dikunjungi oleh para pelancong yang beristirahat maupun yang ingin melakukan sholat fardhu sebelum melanjutkan perjalanannya. Setiap jam ramai atau jam kerja, ada beberapa petugas dari Sekolah Islam di sebelah Masjid Jami’ Al-Ma’mur yang mengatur lalu lintas disana, karena terdapat satu zebra cross yang harus benar-benar dijaga, mengingat ramainya pengendara yang berlalu lalang setiap harinya.
Arsitektural Masjid Jami’ Al-Ma’mur Kalijaya Cikarang
Ada yang unik dari arsitektural bangunan Masjid Jami’ Al-Ma’mur Kalijaya ini, yakni memadukan seni bina bangunan modern arab, dan seni tradisional khas Nusantara Indonesia. Sehingga, dapat tercipta sinergi yang sangat indah menurut saya pribadi. Kubah bawang yang dibalut warna kuning keemasan diletakkan di atas atap yang berbentuk limas (joglo), sehingga dari bagian atap saja sudah terlihat 2 perpaduan antara 2 budaya. Kemudian dua kubah lain yang berkuran lebih kecil diletakkan di atas 2 menara yang berada di sisi depan utara dan selatan masjid tersebut. Ketiga kubah tersebut dibuat dengan bentuk bawang yang dibalut warna kuning keemasan, dengan ornamen bulan sabit di setiap puncaknya.
Lalu, jika dilihat dari segi kubahnya, kita pasti langsung dapat mengenali bentuk tersebut bahwa arsitekturnya menganut arsitektur dinasti mughal, dengan 4 hiasan menara kecil di sekeliling kubah utama tersebut. Lalu terdapat sedikit tambahan arsitektural Eropa yang dapat kita lihat dari kolom-kolom besar di teras masjidnya.
Atap bangunan masjid ini menggunakan arsitektural joglo khas budaya tradisional Nusantara Indonesia. Dipadukan dengan budaya mughal yang sangat kental dari kubah bawang utama, dikelilingi 4 menara kecil. Pada jarak antara kubah bawang dengan atap joglo terdapat bangunan semacam ventilasi udara dan sinar matahari.
Memasuki bangunan utamanya, anda bisa melihat 6 tiang utama yang terbuat dari beton, sebagai penyangga lantai dua masjid tersebut. Lantai pertama digunakan sebagai tempat untuk jamaah melakukan sholat fardhu setiap harinya. Sedangkan lantai 2 hanya difungsikan sebagai lantai tambahan seperti pada saat sholat jum’at dan sholat 2 hari raya, serta beberapa perayaan islam lainnya.
Bangunan Masjid Jami’ Al-Ma’mur Kalijaya ini dibangun dengan ukuran sekitar 12 x 14 meter. Kemudian di kiri dan kanan masjid dibangun serambi sebagai tempat tambahan sholat, yang memiliki desain berbeda dari bangunan utamanya. Tempat wudhunya dibangun dengan cukup luas, dan langsung terhubung dengan ruang sholat.
Akses ke lantai 2 disediakan tangga beton di sebelah selatan ruangan (diluar ruang utama), sedangkan jika ingin akses dari dalam ruang maka jamaah harus melewati tangga kecil yang terbuat dari kayu. Secara keseluruhan, kita dapat melihat budaya tradisional, india, eropa, dan budaya modern di masjid ini.