Masjid Jami’ Baiturrahman I Robayan merupakan sebuah bangunan masjid yang berumur cukup tua di Jepara, tepatnya terletak di Desa Robayan. Bangunan yang dapat kita lihat saat ini memang bangunan yang kelihatan Fresh, namun sejatinya bangunan masjid ini sudah berdiri sejak era Hindia Belanda / Penjajahan Belanda.
Lokasinya tempat berdiri Masjid Jami’ Baiturrahman I Robayan terletak di Jalan Raya Gotri – Welahan KM 1, Desa Robayan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah.
Sejarah Bangunan Masjid Jami’ Baiturrahman I Robayan
Bangunan Masjid Jami’ Baiturrahman I Robayan ini didirikan oleh pembabat hutan sekaligus pendiri Desa Robayan yang biasa dikenal sebagai “Mbah Roboyo”. Pada masa penjajahan Belanda, terjadi sebanyak 2 kali pengeboman di Kecamatan Kalinyamatan yaitu di Masjid Robayan ini dan Pendosawalan. Namun, kedua bom yang dijatuhkan tersebut justru meleset jauh dari tujuan aslinya. Bom yang seharusnya mengenai Masjid Robayan meleset hingga ke Pasar Kerajaan Kalinyamatan, sedangkan Bom yang seharusnya meleset ke Pendosawalan meleset ke daerah Banyuputih. Pasar Kerajaan Kalinyamat yang di bom tersebut saat ini disebut sebagai “Kutho Bedah” yang memiliki arti “Kota yang meledak”, karena pada saat pengeboman daerah tersebut porak-poranda.
Keunikan dan Arsitektural Bangunan Masjid Jami’ Baiturrahman I Robayan
Dahulu kala, bangunan Masjid Jami’ Baiturrahman I Robayan memiliki arsitektural bangunan yang sangat sederhana, dan keseluruhan bangunannya terbuat dari kayu. Sedangkan bangunan yang kita lihat saat ini merupakan bangunan hasil renovasi yang menghasilkan seni bina bangunan sebuah masjid yang modern, dengan ciri khas Timur Tengah yang sangat kental. Ciri kearab-arab-an yang sangat kental terletak di bagian kubah dengan corak mozaik yang indah. Kemudian 2 buah menara kembar juga turut dibangun di samping kanan dan kiri sudut masjid, menyatu dengan bangunan utamanya.
Namun, hal yang unik yang akan kita bahas terletak di Gapura dan bagian Mimbarnya. Gapura yang dimiliki oleh Masjid Jami’ Baiturrahman I Robayan merupakan sebuah simbol pluralisme pada saat agama islam mulai berkembang di daerah tersebut. Sehingga bagian bangunannya tetap menghargai budaya sebelumnya, dengan memadukan budaya bangunan islam dengan bangunan hindu.
Dulunya, Gapura tersebut hanya berupa batu bata yang ditata rapi sehingga membentuk sebuah gapura (tanpa perekat semen dll). Seiring perkembangan zaman, masyarakat sekitar memutuskan untuk melapisi bangunan batu bata tersebut dengan semen dan tetap mempertahankannya hingga yang terlihat saat ini.
Meskipun keseluruhan bentuk masjidnya sudah dirubah secara keseluruhan dan bagian bangunan asli sudah tidak terlihat sama sekali, namun yang tidak dirubah sama sekali adalah bangunan gapuranya, dengan hanya menambahkan semen sebagai pelapis batu bata agar tidak menjadi lapuk.
Mitos yang terjadi pun juga unik. Konon menurut masyarakat sekitar, pada saat akan dilakukan pelebaran jalan dan diharuskan untuk merobohkan bangunan Gapura tersebut, masyarakat sempat terheran-heran bahwa Gapura tersebut seperti bergeser dengan sendirinya sehingga jalan akses masuk kendaraan sudah cukup. Maka dari itu, hingga kini Gapura tersebut tidak direnovasi sama sekali.
Kemudian, bagian Mimbarnya pun memiliki keunikan mitos tersendiri. Konon, mimbar tersebut dibuat oleh seorang Waliyullah, yang sekaligus membangun masjid ini. Setelah bangunan masjid jadi, barulah mimbar dibuat dibagian luar masjid. Namun, mimbar tersebut terlalu besar dan terlalu tinggi, sehingga tidak muat untuk pintu masjid yang sempit dan kecil. Kemudian, keajaiban terjadi disini, sang wali dengan mudahnya dapat memasukkan mimbar tersebut tanpa halangan apapun