Masjid Pajimatan berasal dari kata “Jimat” yang artinya “Keramat”, sehingga jika diartikan secara bahasa, Masjid Pajimatan berarti Masjid Yang di keramatkan. Dimanakan seperti itu karena memang masjid ini menjadi salah satu masjid tertua di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya terletak di Dsn. Pajimatan, Kec. Imogiri, Kota Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak di kompleks pemakaman kuno Raja-Raja Mataram dulu, atau sekitar 17 kilometer ke arah selatan dari pusat kecamatan Imogiri.
Letak masjid ini memang sengaja dibangun didaerah kompleks pemakaman kuno perbukitan Panjaitan. Satu kompleks dengan makam Sultan Agung, Trah Kasunanan Solo dan juga Trah Kasultanan Ngayokyakarta Hadiningrat. Hanya saja makam terletak dipuncak bukit Panjaitan, sedangkan Masjid Pajimatan terletak di bagian bawah bukit tersebut.
Penamaan masjid ini juga masih simpang siur, karena di daerah dusun tersebut juga ada sebuah dusun bernama Pajimatan. Sedangkan jika diartikan secara bahasa berarti Masjid yang dikeramatkan. Kemungkinan besar, masjid ini erat kaitannya dengan berbagai kegiatan menyepi ber’iktikaf yang dilakukan oleh raja-raja jaman dulu di dalam masjid ini.
Sejarah Masjid Pajimatan Imogiri – Yogyakarta
Sebenarnya belum jelas siapa dan kapan tepatnya masjid ini didirikan. Namun menurut beberapa sumber mengatakan bahwa masjid ini diperkirakan dibangun pada tahun 1632 oleh seorang Tumenggung bernama “Citrokusumo”. Beliau diperintahkan oleh Sultan Agung Hanyakrakusumo untuk mendirikan sebuah masjid di dekat pemakaman raja-raja terdahulu, agar peziarah tidak perlu jauh-jauh bergerak dari komplek ziarah untuk melakukan ibadah wajibnya. Sejak tahun 1632, pembangunan majsid ini kemudian dilanjutkan oleh raja-raja berikutnya hingga berbentuk seperti sekarang ini.
Arsitektural Bangunan Masjid Pajimatan Imogiri – Yogyakarta
Bangunan masjid ini masih dapat dibilang “Asli” sejak pembangunan pertamanya dan sudah berumur hampir 400 tahun. Meskipun ada beberapa bagian yang memang sudah di pugar kerena sudah mengalami kerusakan yang parah seperti pada tahun 2006 lalu, pada saat gempa melanda wilayah Kota Bantul.
Ajaibnya, pada saat gempa besar yang melanda wilayah Bantul dan Sekitarnya pada tahun 2006 tersebut, bangunan masjid ini tidak banyak mengalami kerusakan. Hanya mengalami keretakan pada bagian temboknya dan sudah diperbaiki. Sedangkan bangunan makam di bagian puncak bukit mengalami kerusakan yang lumayan parah, sehingga banyak bangunan asli yang sudah hancur.
Dari sisi Arsitekturalnya, sudah jelas bahwa masjid ini memiliki arsitektural bangunan lawas / tradisional Indonesia, karena memang dibangun pada abad ke – 16 Masehi. Bentuk tradisional semakin jelas terlihat jika kita lihat pada bagian atapnya dengan model limas beratap tumpang satu (biasa disebut Tajug). Kemudian pada bagian puncak atapnya terdapat Mustoko / Mustaka, yaitu sebuah bagian bangunan yang menyerupai mahkota terbuat dari tembaga berbentuk bunga kenongo.
Tembok pada Masjid Pajimatan ini menggunakan batu bata merah dengan ukuran yang lebih tebal dan lebih besar daripada batu bata saat ini. Kemudian untuk bahan perekat batu bata tersebut digunakan batu kapur, lalu pada bagian-bagian penopang dan yang terbuat kayu lainnya menggunakan Kayu Jati, sehingga sangat awet meskipun sudah berumur ratusan tahun.
Ruang Utama untuk sholat pada masjid ini memiliki luas sekitar 89 meter persegi, dibagi dua khusus untuk pria dan wanita, lengkap dengan mihrab, mimbar, dan bedug yang ditempatkan di ruang utama. Kemudian pada halaman masjid ini terdapat sebuah kolam air yang dulunya dikhususkan sebagai tempat untuk berwudhu, kemudian kolam disekeliling untuk mencuci kaki. Namun saat ini kolam tersebut sudah di alihfungsikan sebagai kolam ikan.