Masjid Shah yang juga dikenal sebagai “Masjid Kerajaan” atau “Masjid Imam” setelah revolusi Iran, merupakan sebuah masjid yang berada di daerah Isfahan, Iran. Berdiri di sisi selatan Lapangan Naghs-I Jahan. Pembangunan dilakukan pada masa kekaisaran Safawi, yang diperintahkan oleh Abbas I dari Persia.
Bangunan Masjid Shah Isfahan Iran ini dianggap menjadi salah satu mahakarya arsitektur Persia di Era Islam. Masjid Shah Isfahan saat ini menjadi salah satu warisan kuno kerajaan Iran yang sudah terdaftar bersama dengan Lapangan Nghsh-I Jahan, yaitu sebagai Warisan Dunia yang diberikan oleh UNESCO.
Proses pembangunan masjid ini dimulai padat tahun 1611. Keindahan dan kemegahan masjid ini terutama di pancarkan oleh keindahan ubin mozaik dengan tujuh warna dan beberapa prasasti kaligrafi yang menghiasi berbagai sudut bangunannya. Dibeberapa prasasti bertuliskan kaligrafi arab tersebut tersirat beberapa cerita tentang kerajaan / kekaisaran Safawi jaman dahulu.
Sejarah Pembangunan Masjid Shah Isfahan
Pada tahun 159, ketika Shah Abbas memutuskan untuk memindahkan ibukota kerajaan persia-nya dari Kota Qazvin di barat laut ke kota pusat Isfahan, dia memprakarsai apa yang akan menjadi salah satu program terbesar dari sejarah Persia, yaitu sebuah pemugaran untuk kota kuno Isfahan.
Salah satu proyek terbesar dari Shah Abas adalah membangun sebuah masjid dengan nama “Masjid i-Shah” yang menggantikan Masjid Jameh yang sudah berumur sangat tua untuk digunakan sebagai tempat pelaksanaan sholat jum’at, serta untuk memberikan kemashlahatan bagi umat terutama pada segi pendidikan.
Untuk tujuan mulia tersebut, Masjid Shah dibangun tidak hanya dengan visi keagungan saja dengan ciri kubah terbesar, namun Syekh Bahai juga merencanakan pembangunan 2 sekolah agama dan sebuah masjid di bagian tengahnya.
Karena keinginan Shah Abas agar bangunannya selesai selama masa idupnya, jalan pintas pun diambil dalam konstruksi bangunannya. Sebagai contoh, Shah Abas mengabaikan peringatan oleh salah satu arsitek bernama Abu’l Qasim mengenai bahasa penurunan di tanah dasar masjidnya. Shah Abas kemudian terus melanjutkan pembangunan masjidnya, tanpa mempedulikan saran dari siapapun. Arsitek tersebut ternyata benar, karena pada tahun 1662 bangunan tersebut harus mengalami perbaikan besar-besaran yang disebabkan oleh turunnya tingkat kepadatan tanah dibawah pondasi bangun tersebut.
Selain itu, jalan pintas yang digunakan oleh Shah Abas adalah dengan memakai ubin dinding dengan tujuh warna berbeda yang lebih murah dan cepat. Pekerjaan tersebut dilakukan dengan baik oleh beberapa pengrajin terbaik di negara iran, sedangkan seluruh pekerjaan diawasi oleh “Master Kaligrafi” bernama “Reza Abbasi”. Pada akhirnya, sentuhan terakhir di masjid ini dilakukan pada akhir tahun 1629, beberapa bulan setelah kematian Shah Abbas.
Arsitektural Unik Masjid Shah Isfahan, Iran
Bangunan Masjid Shah di Isfahan, Iran ini menganut arsitektural khas iran namun dengan keunikan tersendiri, terutama pada bagian ruang sholat utama. Karena kecerdikan para arsitek saat menciptakan kubah, memungkinkan imam untuk tidak menggunakan pengeras suara, dan hanya bersuara tenang tapi masih terdengar jelas oleh semua orang di dalam bangunan masjid tersebut.
Mihrab dimasjid ini dibuat menggunakan batu marmer sebesar 10 x 3 kaki di dinding barat daya, yang menunjukkan arah Mekkah. Diatas mihrab tersebut arsitek menempatkan sebuah hiasan kayu bertahtakan emas. Hiasan kayu tersebut adalah sebuah lemari yang berisi dua benda peninggalan zaman kuno yaitu sebuah Al-Qur’an yang disalin langsung oleh imam Reza, dan Jubah Berdarah Milik Imam Hussain. Meskipun tidak pernah ditampilkan, namun jubah itu konon memiliki kekuatan magis yang bisa mengusir dan membuat musuh takut sebelum berperang.
Masjid I Shah ini merupakan sebuah struktur yang sangat besar, yang disinyalir dibangun dari 18 juta batu bata, dan 475 ribu ubin dan menghabiskan biaya sebesar 60 ribu Tomans untuk keseluruhan proses pembangunannya.