Mayoritas penduduk di Aceh adlah beragama islam maka tak heran disana juga terapat beberapa bangunan masjid. Dari berbagai bangunan masjid tersebut memiliki ciri khas dan enjadi daya tarik sendiri bagi para masyarakatnya. Salah satunya adalah masjid Tengku Di Pucok Krueng. Masjid tersebut berada di Jalan Raya Lintas Banda Aceh-Medan, Simpang Beuracan, Kemukiman Beuracan, Gampong Kuta Trieng Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya, Nangroe Aceh Darussalam.
Di Aceh pernah mengalami musibah yang menyababkan banyak korban luka dan meninggal serta tempat tinggal dan bangunan lainnya luluh lantak akibat dari tsunami maha besar pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Akibat dari bencana alam tersebut banyak bangunan yang hancur dan perlahan kemudian diperbaiki dan dibangun ulang. Namun saat ini Aceh sudah kembali aman seperti biasanya.
Bangunan masjid Tengku Di Pucok Krueng ini terlihat berbeda dengan beberapa bangunan masjid lainnya dan terkesan tidak biasa. Dimana masjid tersebut terdapat dua bangunan yang saling berdiri bersebelahan serta kokoh dengan gayanya masing-masing. Bangunan masjid yang satunya merupakan bangunan masjid tradisional Nusantara yang bahannya berasal dari kayu serta terlihat usianya sudah sangat tua. Sedangkan bangunan masjid satunya berbahan dari bahan beton dan berlanggam modern.
Masjid Tengku Di Pucok Krueng juga dikenal dengan nama masjid Kembar karena memang terlihat ada dua bangunan yang berdiri kokoh. Meskipun terkesan cukup sederhana namun arsitekturnya sangat teruji ketika sebuah gempa bumi yang terjadi pada tanggal 7 Desember 2016 kemarin. Dimana gempa bumi tersebut memiliki kekuatan 6.5 Skala Ritcher yang telah menghantam Pidie Jaya. Akibat dari gempa bumi tersebut juga menyebabkan beberapa bangunan yang roboh serta rusak parah. Sebuah masjid dengan struktur yang modern yang juga dibangun dekat masjid Tengku Di Pucok Krueng mengalami kerusakan yang parah. Tapi tak terjadi kerusakan pada masjid Tengku Di Pucok Krueng. Masjid tersebut berdiri kokoh tanpa adanya kerusakan sedikitpun meskipun usianya sudah sangat tua.
Pemberian nama masjid Tengku Di Pucok Krueng merupakan nama gelaran yang diberikan kepada Tengku Muhammad Salim dan ada juga yang menyebutnya dengan nama Tengku Abdussalam atau Abdussalim. Pada masa hidupnya, beliau sangat terkenal dengan nama Tengku Di Pucik Krueng. Pada masanya juga beliau tinggal di ‘Hulu Sungai’ Pucok Krueng sehingga tak heran beliau djuluki dengan nama Tengku Di Pucok Krueng.
Beliau sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat sekitar karena merupakan seorang ulama dari Madinah dan juga memiliki keahlian dalam bidang pertanian. Beliau datang ke Aceh dalam rangka menyebarkan ajaran islam. Kedatangannya juga didampingi bersama Tengku Japakah dan Malem Dagang. Proses pembangunan masjid tersebut dimulai pada sekitar tahun 1622 ketika masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Pembangunan masjid tersebut berdasarkan pertimbangan beberapa masyarakat sekitar karena dipilh dekat dengan sungai. Alasannya yaitu agar memudahkan para jamaah dalam berwudhu. Masjid Tengku Di Pucok Krueng juga pernah mengalami perbaikan tanpa merubah bentuk aslinya. Hanya saja bangunan masjid tersebut diperindah dengan menambah dinding bagian belakang masjid.
Atap bangunan masjid Tengku Di Pucok Krueng memiliki tiga atap tumpang yang bahannya dari seng. Sedangkan dinding masjid tersebut terbuat dari kayu. Namun sekarang kayu tersebut telah diganti menggunakan kayu lain yang terlihat indah dan menarik dengan ukiran motif Aceh. Jumlah tiang untuk menopang masjid tersebut sebanyak 16 tiang dan berbentuk segi delapan. Meskipun usia dari masjid Tengku Di Pucok Krueng sudah sangat lama, namun bangunan masjid tersebut masih berdiri kokoh serta selalu dipenuhi oleh para jamaah.