Bangunan masjid di Nusantara sangat mudah dijumpai karena memang mayoritas dari penduduknya beragama Islam. Diberbagai pulau di mana saja para umat muslim dapat melaksanakan ibadahnya dengan mudah dan khusyuk disebuah masjid atau mushola. Di pulau Jawa sendiri merupakan sebuah tempat yang memiliki sejarah dari perkembangan islam dengan sangat cepat. Perkembangan ajaran islam tersebut tak lepas dari pengaruh Wali Songo.
Salah satu masjid di pulau Jawa yang memiliki keunikannya sendiri. Masjid tersebut berada di Gresik tepatnya di Ujungpangkah, Pangkah Wetan, Kabupaten Gresik Jawa Timur. Bernama masjid Jami’ Ainul Yaqin Ujungpangkah. Masjid tersebut sangat terkenal dengan nama masjid tiban karena tidak diketahui kapan awal mula berdirinya masjid tersebut. Melainkan masjid tersebut tiba-tiba sudah ada dan berdiri disuatu tempat tanpa diketahui asal usul pembangunannya. Selain itu masjid Tiban Ujung Pangkah ini terbuat dari bahan kayu jati namun kayu jati tersebut pada awalnyamuncul dengan secara tiba-tiba.
Namun dibalik semua itu dijelaskan bahwa bahan-bahan masjid Ujungpangkah tersebut merupakan kiriman dari Sunan Bonang Tuban. Hal tersebut berdasarkan dalam buku Primbon Sunan Bonang yang disampaikan oleh Syekh Muridin yang merupakan keturunan kelima Jayeng Katon bin Sunan Bonang Tuban. Beliau mengirimkannya ke pada putranya yaitu Jayeng Katon yang telah lama tinggal di Ujungpangkah dan beliau juga seorang yang menyebarkan agama islam diwilayah sana.
Jayeng Katon sendiri datang ke Ujungpangkah bersama Jayeng Rono. Jayeng Rono sendiri adalah adik dari Jayeng Katon. Selain datang bersama sang adik, beliau juga datang bersama putranya yang bernama Pendil Wesi,dengan hadirnya ketiga dari keturunan Sunan Bonang tersebutditandai dengan penanaman pohon asem yang berjumlah tiga pohon yang melambangkan dari ketiga orang tersebut merupakan keturunan dari Sunan Bonang. Ketiga pohon asem tersebut masing-masing memiliki nama antara lain Asem Growok, Asem Resik dan Asem Angker.
Kemudian Jayeng Katon membangun pondok pesantren untuk memudahkandalam menyebarkan agama islam diwilayah tersebut. Seiring waktu berjalan kemudian banyak juga masyarakat sekitar yang memeluk agama islam dan juga membuat rumah sebagai tempat tinggal mereka berada di sekitar pondok yang dibangun oleh Jayeng Katon. Hal tersebut dapat disebutkan bahwa Jayeng Katon berhasil dalam menyebarkan agama islam di wilayah Ujungpangkah. Keberhasilan tersebut terdengar hingga ayahnya sendiri, yaitu Sunan Bonang. Kemudian diketahui bahwa pondok Jayeng Katon belum memiliki masjid maka Sunan Bonang mengutus santrinya untuk mengirimkan kayu-kayu jati gelondongan ke pondok Jayeng Katon. Akhirnya setelah sampai lalu dibangunlah masjid Tiban Ujungpangkah.
Masjid Tiban Ujungpangkah memiliki ukuran 12 meter x 12 meter itambah dengan empat tiang soko guru dan pilarnya yang berjumlah sebanyak 32 pilar. Pada bagian tengah masjid terdapat tangga yang dapt digunakan untuk menuju ke menara masjid. Selain itu masjid terebut dipagar dengan satu pintu gapura. Jika dilihat dari bentuknya pintu tersebut mirip dengan pintu gapura ketika memasuki komplek pemakaman Sunan Bonang. Selain itu dibagian pintu masuk para jamaah dan pengunjung dapat menemukan batu hitam dengan ukuran 1.5 meter x 0.30 meter x 0.15 meter. Dikatakan bahwabatu tersebut sama jenisnya dengan batu untuk membangun ka’bah yang berada di Mekah. Selain itu terdapat juga mimbar masjid yang merupakan hadiah dari Sunan Giri. Mimbar tersebut terbuat dari kayu jati. Hingga kini masjid tersebut pernah mengalami renovasi sehingga menghasilkan sebuah bangunan yang modern dengan kubahnya yang menonjol. Namun demikian bangunan masjid yang lama masih berdiri dekat dengan bangunan baru.